Seekor ikan terbang yang mati ditelan orang Thailand, telah menjelma hantu penasaran. Ia kemudian rajin menyambangi teman-temannya sesama hantu ikan untuk silaturahim dan bertukar pikiran. Memang sang hantu ikan yang satu ini semasa hidupnya di teluk mandar, sempat mengenyam pendidikan tinggi di sekolah tinggi perikanan. Betapa sedihnya ia ketika melihat banyak saudara-saudaranya satu species, rohnya telah bicara dan berbudaya thailand. Dan sedihnya kian menjadi-jadi ketika melihat banyak dari mereka punya hoby baru, yaitu menonton tarian telanjang para katoy ( waria thailand ). Ia lebih senang kalau melihat teman-temannya menonton Thai Boxing, setidak-tidaknya mereka terselamatkan dari usaha mewariakan masyarakat dan memasyarakan waria di komunitasnya, pikirnya sengit. Suatu hari, karna tak kuasa menanggung rasa dukanya, ia bertekad untuk pulang ke habitat lamanya. Dengan menempuh penerbangan lama dan berbahaya, Sampai juga ia di teluk mandar, daerah yang dicintainya. Tak membuang-buang waktu, ia segera menyusun rencana untuk memprovokasi para ikan yang masih hidup, agar menentang segala kebijakan orang di daratan mandar yang menyebabkan mereka dan anak keturunannya ditangkap dan dijaring orang-orang atau nelayan-nelayan asing. Langkah pertamanya adalah membuat dan menyebar luaskan brosur, pamplet dan spanduk yang berbunyi ” TOLAK ASINGISASI IKAN ”. Namun sayang niat dan rencananya yang mulia itu tak tersampaikan karna pengkhianatan salah seorang mara’dia*. Pengkhianat ini melaporkan rencananya kepada pemegang otoritas ikan di darat. Dan bisa ditebak pada hari-hari selanjutnya semakin menjadi-jadi proses Thailanisasi dan taiwansasi ikan-ikan di teluk mandar. * para nelayan mandar sering menyebut ikan terbang ( tuing-tuing )dengan Mara’dia ketika sedang motangnga mencari ikan terbang. Jakarta, 24 April 2011 Syafiyullah Pilman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar