BLOG INI UNTUK BERBAGI RASA DAN PIKIR, LEBIH BAIK SALAH TAPI MEMBERI DARI PADA BENAR TAK MEMBERI
Senin, 19 September 2011
BATARA MANURUNG
Batara Manurung adalah anak Tomanurung ri Gowa yaitu salah seorang bangsawan tinggi dari kerajaan Gowa yang meninggalkan Gowa karena tidak setuju pengangkatan I Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi’ Kallonna menjadi Raja Gowa. Alasan penolakan ini, karena Tumaparisi Kallonna adalah anak I- Rerasi, berarti anak’ cera’ tidak pantas jadi Raja Gowa.
Memang I- Rerasi saat itu dianggap sebagai budak belian dari tana Mandar. Namun setelah diselidiki ternyata beliau adalah anak Tomakaka Napo dari Botting Langi yang kelak menjadi Raja Bone ( I ) bergelar Mattasi LompoE Manurungnge ri Mattajang. Berarti I- Rerasi yang menurunkan Raja-Raja Gowa, I TabittoEng yang menurunkan Raja-Raja Mandar dan Lapalangki Aru Palakka yang Raja-Raja Bone adalah bersaudara.
Tahun 1500 Tumanurung ri Gowa tiba di Kerajaan Mamuju dan menikah dengan wanita bangsawan Mandar bergelar Tomanurung di Barras. Dari perkawinan ini lahir 3 orang putera, yaitu Batara Manurung Raja Banawa Sulawesi Tengah, Todipali Raja Mamuju dan Tomessawe di Mangiwang Raja Sendana.
TOMATINDO DI BALITUNG
Tomatindo di Balitung bersaudara dengan Arayang Matoa Raja Sendana, keduanya anak dari Raja Sendana Tomatindo di Surua. Tomatindo di Balitung meninggalkan Kerajaan Sendana menuju Pulau Belitung dengan pengawal bersenjata lengkap dan membawa sebuah gong Kerajaan yang kelak diketahui ditukar dengan buah jati di Pulau Belitung.
Sekitar thn 1730 Tomatindo di Balitung diangkat menjadi Maradia Sendana. Semasih menjadi Maradia dengan perahu khusus, beliau bersama pengawalnya berangkat menuju Pulau Belitung. Maksud kepergiannya ialah untuk menjalin persahabatan dengan Kerajaan Belitung disamping untuk study banding demi kemaslahatan rakyatnya di Kerajaan Sendana.
Beliaulah sumber dari lagu Mandar To Pole di Balitung yang syair dan terjemahan bebasnya sebagai berikut :
A.Nasauan di alangan : Kami akan ke alangan
Melullung kael lotong : Berkerudung kain hitam
Mattattangai : Guna menunggu
To- Pole di Balitung : Orang kembali dari Belitung
B. Apamo puti-putina : Apa gerangan oleh-olehnya
To Pole di Balitung : Orang kembali dari Belitung
Tuppuang Bassi : Tumpuan besi
Mesa tau angga’na : Satu orang nilainya
C. Pa’dai tuppuang bassi : Tumpuan besi jadi hilang
Mesa tau angga’na : Satu orang nilainya
Sappe di aya : Tersangkut di atas
Di lolo bunga koda : Di pucuk anggrek bulan
D. I’O diting bunga koda : Engkau si anggrek bulan
Dao melo nisullu : Jangan mau diseruduk
Mua’ tania : Jika bukan
To mamea gambana : Orang berikat pinggang merah
E. To mameapa gambana : Nanti orang berikat pinggang merah
Tamma topa mangayi : Juga hatam Al- Qur’an
Nawatti topa : Juga berbintik
Pano pindang dadanna : Panau piring di dadanya
F. Pano pindappa dadanna : Panau piring di dadanya
Paindo mesa-mesa : Bercahaya satu- persatu
Naindo naung : Bercahaya kedalam
Ku’bur megara-gara : Kubur yang meresahkan
G. Ku’burmo megara-gara : Kubur yang meresahkan
Lombo’ memonge-monge : Sampai menyakitkan
Lauwa pio’ : Setan lappio
Namaccappui nyawa : Yang akan mematikan
H. Nyawa apa nanacappui : Jiwa yang bagaimana yang harus ditiadakan
Nyawa canggili-giling : Jiwa yang plinplan
Saicco dami : Tinggal sedikit
Lino natallang tomi : Dunia juga akan tenggelam
NB : - Melullung kaeng lotong = ( tanda ) berduka
- Bunga koda = Gadis cantik
- Tuppuang bassi = Alat tenun = tetap teguh pendirian
- Tomameapa gambana = Orang berani
- Tamma topa mangayi = Orang berilmu Pengetahuan
- Pano pindang dadanna Berakhlak mulia
- Paindo mesa-mesa = Bermamfaat satu-persatu
- Nyawa canggili-giling = Jiwa / hati yang plinplan
-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar