BLOG INI UNTUK BERBAGI RASA DAN PIKIR, LEBIH BAIK SALAH TAPI MEMBERI DARI PADA BENAR TAK MEMBERI
Rabu, 13 November 2013
LASINRANG
Sejak kecil saya telah kagum pada sosok pahlawan Bugis, Lasinrang, yang lahir pada tahun 1856 dan wafat pada 1926. beliau tak pernah terkalahkan oleh penjajah Belanda, hanya tipu daya dan kecurangan Belanda yang membuat beliau ditangkap dan dibuang ke Banyumas lalu dipulngkan dalam keadaan sakit. Dengan licik, Belanda memancing La Sinrang menyerah dengan menyandera ayahnya, Addatuang Sawitto dan Istrinya I Makkanyuma.
Dan kini, di era TI canggih, di alam kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan nasional termasuk La Sinrang, dengan mengorbankan segala yang mereka punya, termasuk nyawa yang adalah anugrah Tuhan yang terbesar, kita malah sering mangabaikan nyawa bangsa sendiri di atas alasan yang tak masuk akal, administrasi prosedural yang birokratis. Di Rumah Sakit Umum Pinrang yang memakai nama La Sinrang, pada rabu 30 Oktober ,telah meregang nyawa seorang bayi Nayla Mustari, gara-gara persoalan kelengkapan berkas, di mana Ayah sang Bayi, Mustari tak membawa berkas keterangan tanda lahir yang lengkap. Sang bayi belahan jiwa kedua orang tuanya, terlambat ditangani karena pihak RS yang menjadi rujukan Puskesmas, lebih memilih bertengkar di loket dengan Mustari. Bayi yang mengidap penyaklit gangguan pernapasan meninggal dipangkuan ibunya di saat adu argumentasi itu berlangsung. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.
Peristiwa kematian yang mengenaskan itu telah menimbulkan reaksi keras dari mana-mana. muncul petisi di dunia maya yang digagas oleh saudara Fandi Andi S dari Maksaar. Agar terjqdi perbaikn layanan di RSU La Sinrang. Antara lain Fandi mengatakan “"Jika Anda menganggap nyawa seseorang itu adalah suatu hal yang sangat penting, maka Anda perlu menandatangani petisi ini. Bisa jadi, Anda, keluarga Anda, atau bahkan saya menjadi korban berikutnya,"
Kecaman juga disuarakan parlemen. "Direktur RSU harus bertanggung jawab," kata Wakil Ketua Komisi IX Nova Riyanti Yusuf di Jakarta, Selasa (1/11/2013).
Ia menegaskan, UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan serta UU 44/2009 tentang Rumah Sakit menyatakan, dalam kasus gawat darurat, penanganan pasien harus diutamakan. Rumah sakit juga tidak boleh meminta uang muka, apalagi menghambat proses penanganan akibat masalah kelengkapan administrasi berupa sepucuk surat kelahiran.
"Apalagi sang bayi tersebut sudah dilengkapi dengan rujukan dari puskesmas asal. Saya meminta Kementerian Kesehatan untuk menyelidiki kasus tersebut dan memberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan yang ada," kata Nova.
Menteri Kesehatan dan Gubernur Sulsel juga telah memerintahkan untuk melakukan investigasi untuk membuka tabir gelap dan suram dari dunia kesehatan tersebut. Kasus tersebut telah menikam rasa kemanusiaan kita dan menodai Hari Kesehatan Jum’at kemaren. Tapi ini bukan pertama kali terjadi. Tahun ini di Jakarta juga terjadi kasus serupa. Seorang bayi Dera Nur Anggraini telah meninggal akibat tidak sempat mendapatkan perawatan setelah ditolak delapan rumah sakit rujukan di Jakarta. Semua adalah bukti bahwa kita masih perlu meningkatkan rasa kepedulian dan kemanusiaan, katimbang hanya memikirkan kelancaran kerja dan kenikmatan hidup.
Kita yang katanya negara Pancasilis, kalah oleh prilaku melayani dan kepedulian orang-orang di negara Kapitalis yang kita sering sebut sebagai egois, selfsh, individual dan matre. Menurut sebuah sumber, seorang Indonesia yang tinggal di Negara Bagian Philadelpia AS, di sana semua orang tak terkecuali, bahkan seorang stranger, pelintas batas, orang Mexico atau latino, akan mendapat pelayanan dan perawatan jika menderita sakit ringan atau berat. Seorang yang datang ke Rumah Sakit takkan ditanya dulu tentang surat, dokumen dan masalah pembayaran. Mereka segera akan ditreatmen sesuai tingkat kegawatan penyakit. dengan penatalaksanaan satandard. Setelah pasien sembuh atau pulang, barulah dikirim rekening tagihan. Jika pasien tak mampu, akan ditangani oleh deprteman sosial. Jadi ada sinergi antar depertemen, di mana semua bersikap proaktif terhadap segala permasalahan warga.
Jika memang begitu, apakah kita tidak merasa malu? Apakah kita masih ingat pasal-pasal Pancasila, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang……lupa atau pura-pura lupa? Yang pasti RSU La Sinrang Pinrang telah mengkhianati pengorbanan dan perjuangan La Sinrang demi kesejahteraan, kecerdasan dan keadilan sosial bangsanya. Wallahu ‘alam bissawab.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar