Kalau kita perhatikan bentuk wajah, pola hias serta pola gerak penari pattu’di maka akan terlihat adanya satu benang merah yang mempersatukan dan mencipta harmoni, yakni sesuatu yang bundar, bulat atau melingkar. Bisa ditafsirkan bahwa wajah bulat penari adalah cermin kebulatan hati atau kebulatan tekad seorang pribadi. Sedang dali, konde dan hiasan-hiasan lain yang bundar adalah cermin prilaku yang mempunyai kesatuan dalam kebulatan dengan hati tadi. Nah, pola gerak dalam formasi yang selalu melingkar serta dilakukan secara bersamaan dan beriringan oleh para penari adalah sebuah prosesi atau perjalanan menuju kesatuan, persatuan serta keutuhan sosial. Hal-hal itulah yang disebut integritas pribadi dan integrasi sosial atau allewuang.
Sebuah kesepakatan atau kebulatan tekad yang orang Mandar menyebutnya Allewuang, adalah prasyarat bagi kekuatan dan kejayaan suatu pemerintahan, masyarakat atau komunitas umtuk mencapai apa yang disebut kondisi Malaqbi atau mulia, bermartabat atau terhormat. Pada stadium ini orang Mandar akan bertingkah laku dalam menjaga apa yang ada dalam ungkapan. “ Manus siorongngi/ Maraqba sipatokkong /Malilu sipakaingaq /Dibuttu dilappar /Andiang tau mala sisara mellulluare.(
Warren Buffet mengatakan orang memerlukan dalam kehidupan karier dan pribadinya Integritas, intelektualitas dan energy. Namun bila integritas tidak ada, maka yang kedua berikuatnya akan membunuh. Jadi orang yang tidak punya integritas atau tidak malebu hatinya dimana akal, hati, pikiran, moralitas dan kejujuran bergabung menjadi satu, akan mudah jatuh pada prilaku maksiat, koruptif dan dosa yang cepat atau lambat akan membunuh dirinya sendiri atau karakternya. Bagaimana kurang pintar dan berlimpahnya energy para pesakitan KPK, mantan-mantan ketua MK, SKK migas, gubernur, bupati sampai eks menteri, semua nyaris sempurna dalam hal hard power atau ilmu-ilmu keras, tapi lemah dalam hal integritas, makanya mereka pada meringkuk sekarang di hotel prodeo. Secara sosial mereka telah membunuh lembaganya atau bahkan nyaris membunuh republik.
Secara pribadi orang yang tak punya integritas akan merusak diri sendiri secara pisik dan mental. Pemabuk kehilangan harga diri, penjudi kalah, banyak yang bunuh diri atau jadi gila. Hanya para koruptor yang masih ketawa-ketawa di depan publik seolah tak bersalah padahal mereka sejatinya telah membuat banyak orang kelapara, mungkin mati dan tak tersentuh kepentingannya oleh negara akibat perampokan mereka terhadap uang negara.
Sifat alamiah dan perhargaan pada nilai-nilai moral dan etika orang Mandar dulu telah melahirkan karakter-karakter yang berintegritas seperti Todilaling, Baharuddin Lopa, Husni Jamaluddin, Ibua Depu, Imam Lapeo, dll. Kepribadian para icon Mandar itu sejatinya dibentuk oleh kemauan untuk untuk menyatukan dan menyelaraskan intelektualitas, energy kerohanian, spiritual dan agama untuk diselaraskan dengan niat, sikap dan tindakan hingga menjadi sebuah Allewuang atau integritas. Tanpa keutuhan di ranah psikis dan pisik, mustahil mereka dapat punya kekuatan dan keberanian untuk mengembang tugas-tugas kemasyarakatan dan kenegaraan yang berat dan penuh tantangan.
Todilaling harus menghadapi dan mengalahkan para tomakaka yang ganas dan kejam sebelum mampu mendirikan kerajaan Balanipa bersama-sama para hadat appe’ banua kayyang. Ibu Depu demi mimpi kemerdekaan bangsa Indonesia dan Mandar, rela berjuang dengan meninggalkan istana dan lalu dipenjara oleh penjajah. Husni Jamaluddin dalam keadaan lemah karena sakit yang diderita, rela tampil membacakan puisi dalam ajang sastra internasional di Makassar beberapa tahun lalu.
Baharuddin lopa berani dan mau menangkap penguasa militer yang korup dan sewenang-wenang di masa jadi bupati di Mandar di tahun 60 an. Beliau memang tidak pernah dipenjara malahan jadi Dirjen Pemasyarakatan. Tapi Jose Rizal Manua, seorang penyair menceritakan pada saya ketika mampir dikedai bukunya di TIM dulu, bahwa beliau sering diajak Baharuddin Lopa untuk keliling penjara-penjara membacakan puisi disela ceramah dan pengarahan beliau kepada para napi. Dan tentu saja banyak para napi yang tersentuh lalu menyadari kesalahnnya karena dibina, dididik dan diarahkan oleh sosok yang penuh integritas, Pendekar Hukum Baharuddin Lopa, “ The One and Only.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar