Senin, 28 Oktober 2013

KEPEMIMPINAN DI MANDAR



Mesanna, arajammo na maqasayangngi banua siola paqbanua siola inggannana issinna. Daqduana, maraqdia appang ponna aju na naengei mettullung paqbanua. Tatallunna, padioloi asayangngi talloq maiqdi anna talloq mesa. Makaappeqna, dao magitting bega, da toqo malumbur bega. Tengbaja-baja moaq matettes begai lumbur-lumburan boi, malumbur begai tetessi boi. Odiadaq dibeasa. Limanna, annai ia tongang , sabaq pole di saqbi wali-wali, tutu wali-wali sifaqna. Iannaq purami niewei gassing mane malami maqanna petawung ia na surungang salamaq banua siola paqbanua.

Di atas adalah papasang Mandar berupa pedoman bagi penguasa dalam menjalankan amanah dengan berpegang pada peraturan dan ketentauan adaq. Di mana penguasa harus berfungsi sebagai pelindung negri, pengayom dan pembela rakyat dalam segala hak-hak yang dimiliki, tanah, hutan, air dan adat budayanya. Juga sebagai benteng pertahanan tempat rakyat bernaung.

Raja atau penguasa harus mengutamakan kepentingan orang banyak melebihi kepentingan perseorangan. Dalam menjalankan kepemimpinannya mestinya memperhatikan kesederhanaan dengan bersikap tidak terlalu tegas dan tidak juga terlalu lemah. Ibarat tali layar perahu, jika terlampau tegang diulur-ulur lagi, tetapi bila terlalu terulur dipertegang lagi. Demikian juga dalam mempraktekkan adat dan peraturan. Harus selalu seimbang dengan menempuh jalan tengah atau bertindak dan bersikap dengan bijak. Pandai membaca situasi untuk mengambil keputusan yang tepat.

Selalu memihak dan menegakkan kebenaran serta keadilan dalam setiap perkara. Mendengar kedua belah pihak dengan menghadirkan saksi-saksi demi sebuah ketelitian mempertimbangkan keadaan. Hanya dengan sifat dan kualitas tersebut di atas maka diharapkan akan ada legitimasi bagi kekuasaan untuk menegakkan adat dan peraturan demi keselamatan negri bersam rakyatnya.

Dalam lontar Mandar dinyatakan bahwa keberhasilan pemimpin atau raja meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang baik ( Good Governance ) di Mandar dahulu karena telah terpenuhinya syarat-syarat bagi seorang pemimpin, yaitu tajam penglihatan, bijaksana dan cerdas dalam membuat keputusan. Pandai dan cermat berkata-kata sehingga dituruti dan ditaati; berilmu, sehat fisik, serta dalam refleksinya. Dan yang terutama selalu taat dan memperhatikan pada kontrak sosial atau Assitalliang yang dibuat bersama para hadat. Salah satu bunyi perjanjian itu adalah “ Iqo kaiyyangmoqo, andiammi mala makella-kella anu kende-kende. Iamiq apaq kecceqmang iqdai mala makella-kella anu kaiyyang. Iqo ilakayyang asayanni I la kecceq, iqo la kecceq aggaqi sitinaya Ilkayyang. Massauqmi banua” artinya “ Engkau kuasa karena kami beri kekuasaan; sudah tidak bisa lagi berlaku sewenag-wenang terhadap rakyt kecil. Kami rakyat kecil tidak dibenarkan menghalangi kebijaksanaan penguasa ( raja). Engkau penguasa, cintailah rakyatmu; engkau rakyat kecil hormatilah rajamu ( pemerintahmu) dengan begitu negri akan tentram dan damai” Tentu saja klausul “ Kami rakyat kecil tidak dibenarkan menghalangi kebijaksanaan penguasa ( raja )” adalah kalimat bersyarat yang memerlukan kondisi di mana penguasa
benar-benar mencintai rakyatnya, berlaku adil dan senantiasa bekerja demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan negara.

Sebagai tambahan untuk pegangan bagi yang tertarik untuk jadi pemimpin dan suka pada masalah-masalah kepemimpinan. Disamping keberanian dan kebijaksanaan, seorang pemimpin juga perlu memiliki ketenangan dan pengendalian diri yang prima. Sebab terdapat banyak aspek dalam diri kita yang butuh pengendalian diri. Untuk mengendalikan lidah saja – anggota badan yang tidak penurut itu- bisa merupakan pekerjaan yang luar biasa. Namun fakta yang menggembirakan ialah bahwa setiap kemenangang kecil atas salah satu kecendrungan ini, membuat pertempuran berikutnya makin mudah diatasi. Sebagaimana ditulis William Shakespesre :

Berpantanglah malam ini;
Dan hal itu akan memberikan kemudahan
Untuk pantang yang berikutnya, yang berikutnya akan lebih mudah lagi;
Karena penggunaan hamper dapat mengubah cap alam.

Perdana Manteri Harold McMillan berkata “ Pertimbangan yang tenang melepaskan setiap buhul” Artinya setiap pemikiran dan pertimbngan yang tenang akan memberekan setiap persoalan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar