Berpolitik hakekatnya adalah upaya pengendalian terhadap energy-energi yang ada dan muncul di dalam diri, masyarakat dan bangsa kita. Energy itu bisa berupa kekuasaan, kekuatan, atau keinginan tak terkendali dan liar. politik bertujuan bukan untuk memandulkan energy atau power itu, atau membiarkannya meledak-ledak bagai Guntur, tapi untuk menciptakan keseiimbangan kekuatan dan kekuasaan yang ada ( balance of power ) sehingga bisa bersinergi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan luhur dan kebaikan bersama. Para caleg yang berjuang di pemilu kali ini adalah dalam rangka mengisi formasi keanggotaan legislatif sebagi bagian dari trikotomi kekuasaan ( trias politica ) dalam konfigurasi kekuasaan sebuah sistim demokrasi yang saling tarik menarik dengan kekuatan gravitasinya masing-masing. Bisa dibayangkan jika salah satu kekuatan demokrasi itu kehilangan gaya gravitasinya lalu jatuh ke pelukan daya tarik yang lain, maka terjadilah akumulasi kekuatan di satu pihak dan pelemahan kekuatan di lain pihak. Mungkin dalam jangka pendek fenomena itu akan membawa ketenangan dan kedamaian semu, tapi pada akhirnya akan menimbulkan ledakan yang tak terkendali dan liar dan menyebabkan semua kapasitas sistem yang terbangun ( capasitas building ) jadi hancur berantakan. Itulah yang terjadi pada era Orde Lama dan Orde Baru, di mana sebuah bintang yang besar tiba-tiba muncul dan mematikan daya pertanahan atau daya tarik bintang-bintang yang lain, lalu yang mencoba bertahan melakukan perlawanan dengan segala kekuatan yang ada. Apa yang terjadi jika terjadi perang bintang? Ya, kehancuran.
Orde baru datang untuk mengoreksi penyimpangan dan degradasi orde lama, orde reformasi tampil untuk membangun di atas puing-puing reruntuhan orde baru yang telah mengalami ‘combustion’. Namun sejauh ini redistribusi kekuasaan dan kekuatan masih tersendat dan tidak smooth, sehingga kadang muncul istilah-istilah “ legislatif heavie’ atau ‘ eksecutif heavie’. Sekarang malah judikatif atau sisi hukum negara yang begitu powerful dengan keberadaan ‘ KPK’. Kini sedang terjadi lagi upaya relokasi kekuasaan dengan menghalalkan cara guna mengangkat marwah dan wibawa dua sayap kekuasaan dan kekuatan yang merasa terancam dan tergannggu kepentingannya. Kedua power yang meradang itu sejatinya sedang bermain api dengan mencoba keluar dari garis edar masing-masing yang justru berpotensi merusak keseimbangan alamiah trias politika.
Sekarang ini belum terjadi perang bintang, tapi baru saling adu dan unjuk kekuatan atau perang urat syaraf persis yang dilakukan AS dan Uni Eropa vis a vis Rusia dalam kasus Ukraina dan Crimea. Atau antara Saudi Arabia dengan Al Arabiayanya melawan Qatar dengan Al Jazeeranya dalam soal politicking Rezim Al Sisi terhadap Ikhwanil Muslimin di Mesir. Contoh ini memang agak melenceng, tapi justru dari sekarang kita harus mencegah agar tidak terjadi polarisasi kekuatan antar bintang yang asimetris sehingga berpotensi merusak balance of power yang pada gilirannya akan meluluh- lantakkan jagad politik dan demokrasi kita sehingga kembali ke suasana kehidupan yang adem-ayem lagi , sepi tak bergairah di bawah kaki rezim totalitarian.
Untuk itulah kita para Capen alias Calon Pencoblos di hari ‘ H’ 9 April nanti, harus pintar-pintar memlih para caleg yang akan maju menjadi wakil kita di parlemen dalam rangka menjadi pengontrol dan penyeimbang kekuasaan yang secara alamiah ‘ tend to corrupt’. Pilihlah yang betul-betul berani, cerdas, dan berhati nurani. Bukan yang penakut, bodoh dan sombong, agar bisa membangun sebuah parlemen yang kuat, solid dan kokoh, tak mudah dibubarkan seperti pada jaman orde lama dan dipasung atau diberangus pada jaman orde baru. Sebagai pegangan bagi para capen, untuk menilai apakah caleg berkualitas atau tidak, maka liat saja apakah dia melakukan serangan fajar atau tidak, atau apakah dia memperlakukan anda sebagai manusia kardus yang bisa di beli dengan harga murah, jika sang caleg melakukannya, maka ia tergolong caleg yang kurang percaya diri, tidak berani menanggung resiko, berorientasi pada diri sendiri atau kekuasaan belaka, tak punya visi, misi dan program memadai dan terutama tak punya moralitas publik. Maukah anda di wakli oleh manusia yang seperti itu? Betapapun pilihan ada di tangan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar