“Anwar telah berhasil membangun citra Sulbar dari sebuah daerah baru kini mulai merangkak maju kawasan yang dulu tak dikenal dan terbelakang kini mulai menjadi perhatian. Dari Tanah Mandar ini, dia berobsesi menjadikan Indonesia sebagai penghasil kako terbesar kedua di dunia menggeser Ghana. Kalau sudah begitu, Indonesia akan memiliki pimpinan daerah satu lagi sebagai Gubernur Kakao.”
Di atas adalah sambutan H.M. Jusuf Kalla dalam buku Anwar Adnan Saleh (AAS),” Meniti Pengabdian, Merintis Kemandirian” JK adalah seorang pengamat yang jeli dan jujur, jika beliau mengatakan A, pasti realitasnya memang A. Penilaian pribadi terhadap sosok gubernur Sulbar tersebut bukan tanpa dasar. Memang setiap kali AAS datang ke Jakarta dan beraudiens dengan para pengurus Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat ( KKMSB) dalam berbagai kesempatan dan acara, beliau tak pernah lepas bicara tentang kakao, disamping masalah-masalah lain tentunya. Julukan sebagai Gubernur Kakao dari JK, kini bukan julukan hampa, sektor agrobisnis tersebut memang kini telah mengalami peningkatan yang pesat di Sulbar. Sejak tahun lalu, AAS telah berhasil menggandeng PT Nestle, pabrikan coklat kelas dunia, telah melatih petani kakao yang jumlahnya 60.000 orang, untuk menguasai teknik budi daya pengembangan produksi dan kualitas kakao, dan untuk bisa menghasilkan nilai tambah, seperti mengubah kakao menjadi penganan coklat berkualitas ekspor.
Banyak yang telah dilakukan oleh AAS untuk kemajuan provinsi yang kini masih dipimpinnya. Berkat AAS, infrastuktur di Sulbar mengalami perbaikan yang significan, kini Mamuju bisa didarati pesawat boeing yang telah memperlancar dan memperpendek jarak dan waktu tempuh. Dengan sentuhannya, Sulbar berhasil menjuari berbagai festival budaya tingkat nasional. Dan tentu saja beliau juga berhasil mengintensifkan perkebunan kelapa sawit hingga menjadi andalan daerah.
Gubernur AAS yang lahir pada 20 Agustus 1948 itu, menurut saya, memang memang mempunyai karakter dan sifat khas yang bisa dianggap menjadi pendukung sukses-suksesnya, termasuk suksesnya menjadi gubernur Sulbar dua periode. Yang terutama, beliau dikenal sebagai sosok yang rajin beribadah, ini terungkap dari sambutan sahabatnya, Rahmat Hasanuddin, dimana beliau mengatakan,” Tak lengkap rasanya jika saya tak kemukakan kekaguman saya terhadap beberapa hal yakni sikap dan prilaku AAS yang sangat religius. Ibadahnya sangat kuat dan mewarnai kepribadiannya sebagai sorang orang muslim.” Saya sendiri mempunyai kesan bahwa beliau punya sifat kesabaran dan kesetiaan yang besar, disamping berani dan bertanggung jawab.
Selain kesetian kepada keluarga, teman, dan negara, beliau juga seorang politisi yang senantiasa menunjukkan kesetian dan loyalitas kepada partainya, yakni partai Golkar. AAS melihat identifikasi partai ada pada ketua umumnya, nah, di sanalah AAS berpegang dan memaksimalkan kesetiaannya tanpa syarat dan keinginan untuk mbalelo atau lompat pagar, apalagi untuk mengkhianati partai dan pucuk pimpinannya. Pada waktu Akbar Tanjung berseteru dengan JK di tahun 2004 untuk memperebutkan kursi ketum partai, AAS memihak incumbent yang waktu itu adalah Akbar Tanjung.
Ketika JK berhasil menggusur Akbar Tanjung, AAS balik menunjukkan kesetian dan loyalitasnnya pada JK, dengan mendukung pencapresan JK di tahun 2009. Saya sendiri menghadiri deklarasi dukungan pada JK-Wiranto di Hotel Sultan tahun 2009.Dan kini, di saat golkar dipimpin Abu Rizal Bakri, AAS tak ragu-ragu untuk tak mendukung JK lagi yang kini berseberangan dengan ketum partainya. Dengan prilaku politik AAS ini, mantan-mantan ketum golkar tak bisa menyalahkannya, karena begitulah seharusnya seorang pengurus dan anggota partai. Alangkah celakanya jika seorang ketua partai dikelilingi oleh anggota dan pengurus partai yang tak bisa dipegang kata-kata, janji dan kesetiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar