Jumat, 14 Juni 2013

Membela Mandar

Aheraq oroang tongang
Lino dindang di tia
Borong aju
Leppang di pettullungngi

Ada kesan anti dunia dan kehidupan dalam kalinda'da diatas. Namun jika direnungi dalam-dalam, maka kita akan temui sebuah pandangan hidup yang positif dan optimis di dalamnya. Nuansa eskatologis yang selintas itu sesungguhnya mengamplifikasi sebuah ide dan gagasan yang bisa kompatible dengan kehidupan masa kini. Itu adalah suara masa silam yang ingin bicara pada masa kini. Orang sekarang yang terkepung oleh problem kehidupan yang menyesakkan telah sampai kepada suatu pemahaman bahwa " life is short so we must ignore an unimportant. Dan salah satu yang menjadi kepentingan dan konsern manusia modern yang terengah-engah berlari itu adalah spritualitas atau religiousitas. Mereka lantas ramai-ramai menyuruk kekedalam tradisi untuk mencari yang penting itu. Tentu saja jika mereka mampir di Mandar, maka akan dibekali dengan kalinda'da " Inna toiqo musanga / Aju sakka daunna / na diengei / Mettullung mappesau. Sahada' di tuqu tia/ Aju sakka daunna / Na dioroi / Mettullung mappesau. Passambayang moqo daiq / Pallima waktu moqo / Iamo tuqu / Pebongang di aheraq. Orang Mandar dimasa lalu sadar benar bahwa ide-ide atau anjuran keagamaan akan sangat efektif menggugah emosi bagi pencari kebenaran. Pejalan pencari hakekat akan lebih suka meraup linangan makna dari suatu yang disuguhkan secara indah dan tersirat katimbang yang tersurat dan langsung. Bahkan mereka akan mencari pencerahan pada hal-hal yang tersuruk pada sebuah tradisi budaya bernuansa spritual. M.Iqbal adalah salah satu eksponen penyair muslim yang mencoba menyebar penyadaran agama lewat piranti sastra atau puisi.
Karna memandang hidup ini hanya tempat berteduh alias hidup ini singkat, maka orang Mandar banyak yang punya filosofi " Do something that you enjoy". Dalam kedalamannya ia melakukan apapun dengan prinsip pleasure yang bermakna. Maelong, mattu'du, massayang-sayang, makkalinda'da, mattede dsb. Penampakan orang Mandar bagai riak ombak yang bermain diatas kedalaman lautnya. Ia takkan terlihat bagai professor yang kerap mengernyitkan dahi dan berkacamata tebal, berfilosofi dalam-dalam seperti orang Jawa atau Bali misalnya, tapi akan tampak riang, dengan kata-kata manis selaras dengan prilakunya yang ramah namun cerdik. Apa yang disebut substansi dan kedalam sebuah pandangan telah dikunyah dan dijadikan sebagai monumen hidup pada dirinya, dalam kesehariannya. That's Mandar, and if you Mandar I'd like to say " Be your self, cause life is short, sometimes you have to laugh to the pain and then move!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar