Kamis, 03 April 2014

MENDIAGNOSA INDONESIA


Jika diibaratkan Indonesia orang sakit, maka sakitnya bukan lagi sakit minor, seperti batuk, pilek atau masuk angin, tapi sakit parah yang penuh komplikasi. Tapi apakah sama dengan orang kehilangan system kekebalan tubuh atau HIV/AIDS atau malah kebanyakan dosis darah putih yang lalu menjadi liar dan memakan semua organ-organ tubuh (lupus). Entahlah, yang pasti Indonesia kita tercinta ini sedang sakit parah. Kalau ngga percaya, baca saja semua koran dan nonton semua siaran TV atau radio, ditanggung tak ada puisi dan lagu merdu di sana, kecuali suara-suara jeritan dan keluhan panjang tertahan dari orang-orang yang cape dan nyaris putus asa.

Repotnya, Indonesia setiap sakit, mendatangi dokter spesialis yang sangat ahli memang tapi dingin hatinya. Memandang setiap masalah sakit dari sudut medis ilmiah saja, tanpa mau melakukan pendekatan holistik dan manusiawi ala sinshe atau dukun tradisional atau pengobatan alternatif bebas resiko. Jika yang dikeluhkan sakit paru-paru, pergi ke dokter pulmonologi atau ahli respirasi. Kalau terasa seperti mengalami anemia, pergi dokter spesialis hematoologi, kalau anfal, langsung ke dokter ahli jantung, dst. Seharusnya Indonesia yang sudah 68 tahun merdeka, bisa menikmati usia tuanya dengan tenang dan bahagia, bebas dari berbagai penyakit. Tapi selama ini yang terjadi, penyakitnya selalu salah terapi oleh dokter.

Semua bersumber dari salah diagnosis. Memang kata seorang ahli, ihwal kedokteran juga bisa disebut seni pengobatan, atau “ Medicine is a science of art, The science of uncertainty, the art of probability, seni kemungkinan dan bla, bla, bla lainnya, ketidakpastian dan segala kemungkinan antara beberapa diagnosis selalu ada, karena itu, kata si ahli lagi, seorang dokter diharapkan dapat membuat dugaan ilmiah ( scientific guess ). Tapi akan selalu salah duga, karena mana mungkin seorang dokter special computer misalnya, bisa tepat mendiagnosa penyakit yang timbul dari dunia olahraga. Atau seorang dokter bahasa arab bisa mendiagnosa penyakit pesawat terbang atau teknologi tinggi. Yang lebih parah, banyak dokter-dokter umum yang mau mengobati masalah-masalah parlemen, urusan budget negara, perundang-undangan dan hukum. Ya, kapan sembuhnya Indonesia tercinta ini.

Mending Indonesia kita ini dibawak ke tabib, sinshe atau dukun kampung. Jadi ngga usah dipermasalahkan penyakitnya, tapi orangnya alias si sakit. Sebab mungkin saja Indonesia kita ini mengalami apa yang disebut orang tradisional “ sakit” akibat hilangnya keseimbangan atau harmoni dunia lahir dan bathinnya alias ‘ tidak waras’. Dan untuk men-tuning apa yang sumbang itu ngga usah jauh-jauh ke Srilangka dengan metode Ayurvedanya yang menangani penyakit secara holistik. Ke India dengan metode Yoganya, atau ke Jepang dengan seni penyembuhan Jinjutsu, serta China dengan penyembuhan kekuatan kosmis kembar, Ying dan Yang. Ngga usah juga ke dukun klenik atau dukun mantra, bisa-bisa diagnosanya yang bukan-bukan, semisal mengatakan Indonesia kita kemasukan makhluk halus, roh jahat, dedemit atau genderuwo. Atau dikatakan kena guna-guna, sihir, dan santet atau tenung.
Mending ke dukun kampung yang ngga punya peralatan canggih, kecuali uang logam. Diagnosa dan terapinya pasti ngga macam-macam tapi kadang lebih kena dan ampuh serta jujur. Orang yang cuma batuk-batuk biasa, ngga bakal divonnis sakit paru-paru, atau orang bengek karena alergi, dikatakan asma berat. Metode mereka alami atau naturalistik, penyebab penyakit dilihat pada alam dan lingkungan, mungkin karena cuaca buruk, iklim yang jelek dan tak punya pendirian, salah atau kebanyakan makan, kena racun, atau kerena kuman-kuman menjengkelkan.

Saya tidak banyak tahu juga tentang apa saja kebolehan para dukun kampung atau tradisional, yang saya tahu mereka akan berusaha memulihkan ketidakseimbangan, dan ketidakselarasan, lalu dikembalikan ke keadaan semula sehingga orang sehat kembali. Kalau sekedar masuk angin, ya kerokan, agar angin keluar kembali. Kalau menggigil kedinginan atau drodok, paling dikasih jahe hangat, atau lumuran garam dan diperapikan. Pada penyakit yang lebih gawat, akan digunakan jamu-jamuan, seperti jamu kuat lelaki, jamu tolak angin, jamu kuku bima, galian sinset, dll, Gampang toch.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar