ABSTRAK
Walau angka-angka tentang minat baca dan cinta buku secara nasional masih belum memgembirakan, namun seharusnya tak membuat kita menjadi putus asa untuk terus mengusahakan peningkatan secara bertahap dan konsisten pada minat baca buku masyarakat. Dalam rangka Hari Buku Nasional yang jatuh pada hari ini, Sabtu, 17 Mei, saya mengangkat lagi artikel saya tentang ‘ buku’ ditambah dengan data-data dan fakta yang diungkap oleh J. Hayadi yang ditulis di Kompasiana berjudul “ Korelasi Minat Baca Masyarakat Terhadap Hari Buku Nasional.” Di bawah ini fakta dan data yang ditulis oleh Haryadi, seorang trainer, motivator dan penulis buku :
Bercermin dari data Bank Dunia Nomor 16369-IND dan studi IEA (International Association for the Evaluation of Education Achicievement), untuk kawasan Asia Timur, minta baca bangsa Indonesia memegang posisi terendah dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74,0) dan Hongkong (skor 75,5). Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.
Sementara itu berdasarkan hasil survei UNESCO (1992) menyebutkan, tingkat minat baca rakyat Indonesia berada pada ranking ke-27 dari 32 negara. Sedangkan merujuk pada data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2006) menunjukkan, ternyata rakyat Indonesia belum memprioritaskan kegiatan membaca sebagai sumber utama dalam memperoleh informasi. Masyarakat cenderung memilih menonton televisi (85,9%), mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca surat kabar (23,5%).
Data lainnya yang bersumber dari hasil survei UNESCO (2011) menyebutkan bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk indonesia, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi.
Terkait dengan fakta dia atas, lebih jauh Haryadi mengatakan, “Minat baca yang rendah mencerminkan masyarakat yang bodoh dan terbelakang, sedangkan minat baca yang tinggi mencerminkan bangsa yang cerdas dan maju. Ternyata kita semua harus bersama-sama mencari solusi agar minat baca masyarakat dari waktu ke waktu kian meningkat.”
BUKU
Mengapa peradaban dan kebudayaan Yunani begitu terkenal dan telah membuat Eropah melakukan renesans atau kebangkitan oleh pengaruhnya, karena Yunani adalah bangsa kutu buku. Filsuf-filsuf Socrates, Plato, dan Aristoteles adalah tonggak-tonggak sejarah Yunani yang menjulang oleh mahkota buku-buku di puncaknya. Kebudayaan Islam juga bangkit dari sela-sela lembaran buku yang melahirkan guru-guru bagi Eropa dan dunia. Al Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd adalah dewa-dewa ilmu dan filsafat yang menyihir dunia dengan kepandaian yang dipetik dari pohon-pohon buku yang berbunga kecerdasan abadi.
Mengapa periode dinasti Abbasyiah lebih beken daripada kekhalifahan Ottoman, juga karena faktor kecintaan pada buku. Di masa sultan HarunAl Rasyid dan khlifah Al Ma’mun telah berdiri Batul Hikmah, perpustakaan dan pusat perbukuan kerajaan. Masa keemasan Islam adalah masa kemasan buku. Saat itu Baghdad, kota seribu satu malam telah menjadi pusat penerbitan buku, penulisan risalah ilmiah, sastra dan filsafat. Perpustakaan dijumapai di mana-mana dengan koleksi buku yang melimpah. Begitu juga banyak pengunjung tetapnya yang merupakan pencinta buku.
Buku adalah lambang kemajuan, ibu peradaban dan bapak kebudayaan . mengapa bangsa-bangsa anglo saxon lebih maju daripada bangsa-bangsa latin, konon juga karena factor kecintaan pada membaca buku. Bangsa China adalah bangsa penggemar buku disamping penyantap bakmie, bakso atau bakwan. Di negri pada jaman dahulu, persyaratan untuk menjadi pegawai atau pejabat adalah kepandaian membuat karya sastra atau puisi, dan tentu saja tak begitu jika tak suka baca buku.
Pidato-pidato atau tulisan-tulisan Sukarno, Hatta, Sahrir dan tokoh-tokoh perjuangan yang lain pada dasarnya adalah pernyataan buku yang bergudang telah dibaca oleh mereka. Saya dulu sering datang ke rumah Baharuddin Lopa di Mampang Prapatan, dan melihat hanya buku yang ada pada setiap dinding rumahnya, dan majalah atau Koran yang berserakan di lantai. Saat pertama kali saya bertemu dengan Husni Jamaluddin, adalah saat beliau tengan duduk dikursi goyangnya sedang membaca buku.
Apakak kita bisa secerdas atau menyamai prestasi tokoh-tokoh historis di atas, dengan tanpa mengikuti jejaknya sebagai penggila buku? Mustahil…karena bukulah yang telah membuka wawasan dan jendela dunia bagi mereka sehingga bisa menjulang dan terbang tinggi bagai burung d langit peradaban. Tidka ada pemimpin nasional atau dunia yang tidak kawin denga buku dalam kiprah perjuangannya. Kalau tidak, darimana mereka beroleh inspirasi dan dorongan, atau bagaimana mereka bisa menghibur diri dengan asupan otak dari buku. Sukarno dari penjara suka miskin selalu minta dikirimi buku. Dan itu yang mengurangi beban deritanya dan mempertahankan idealismenya sehingga bisa terus mengirim pikiran-pikiran briliannya ke luar, dan menjadi bacaan wajin bagi para aktivis dan pengikutnya.
Saya bisa mengetahui karakter dan masa depan seseorang dengan melihat ada atau tidak buku-buku di rumahnya. Rumah yang tak diterangi dengan buku sama dengan rumah tak berjendela. Dan takkan ada pembentukan akal di sana. Buku membuat kita selalu punya harapan, keberanian dan keyakinan baru. Buku adalah pelita di kegelapan yang akan menerangi jalan sepanjang hayat.
Selamat Hari Buku Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar