Sabtu, 17 Mei 2014

RAUMG DAN UMBA


Sedemikian parahkah krisis kepemimpinan di negeri ini hingga dua ekor binatang buas, harimau dan lumba-lumba memberanikan diri mengajukan diri sebagai capres dan cawapres dengan mendaftar ke KPU kemaren, Jum’at, 16 Mei 2014. Kedua calon pemimpin yang bernama Raung dan umba ini diterima langsung oleh komisioner KPU, Hadar nafis Gumay. Saya berani menjamin bahwa kemaren, bang Gumay pasti melongo dan nelongso sekali serta menyesali, mengapa sang raja hutan dan ratu laut itu yang datang mendaftar pertama kali, sementara capres dan cawapres yang lain entah dimana dan sibuk apa, padahal deadline pendaftaran tinggal menghitung hari saja.

Andaikan kedua pendaftar calon pemimpin bangsa itu harimau dan lumba-lumba beneran, tentu akan membuat heboh dan geger warga manusia di seantero negri, dan pastinya akan membuat keder sekaligus geli pada calon-calon lain. Lantas akan sibuk melakukan ‘ pembunuhan karakter’ dan mempertanyakan keabsahan kedua calon yang pasti tak berprikemanusiaan itu terkait dengan bunyi undang-undang tentang pencapresan yang tentu punya klausul “setiap warga negara berhak dipilih dan memilih menjadi eng ing eng…” sedangkan Raung dan Umran setahu mereka bukan termasuk warga negara RI, asli atau palsu, mereka warga negara hutan rimba dan laut biru.

Justru di sinilah masalahnya, mereka datang dengan para pendukungnya, menggugat, mempertanyakan para calon lain yang dianggap tak perduli dengan habitat atau residence mereka, atau punya visi tentang lingkungan hidup yang memadai dan bisa diandalkan. Dengar saja orasi mereka di halaman KPU yang di awali oleh Raung, “ Saudara-saudari sekalian bangsa manusia, sadarkah kalian bahwa banyak keluarga kami mati terbunuh dan terbakar akibat keserakahan kalian yang demi rupiah telah melakukan deforestasi gede-gedean, membuka perkebunan, pertanian atau perumahan dengan membakar kampung halaman kami setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun. Kalian telah mengganggu ketenangan dan ketentraman kami dan terutama hak asasi kami untuk hidup dan beranak pinak dan berbahagia, tahukah kalian, bahwa menurut catatan saudara-saudari kami yang perduli dari kelompok Greenpeace, selama ini hutan yang kalian musnahkan sudah berjumlah puluhan juta hektar….padahal kalian telah berjanji untuk melakukan jedah tebang atau moratorium…..”

Kemudian Umba gantian berorasi, “ wahai saudara semakhluk ciptaan Tuhan, tolonglah species kami yang hampir punah akibat ditangkap dimana-mana dan nyaris kehilangan hunian bersih akibat tailing yang kalian buang seenaknya ke laut……buangan minyak kotor di pantai-pantai Sumatra saja sudah mencapai lima ribu sampai sepuluh ribu barrel…belum lagi bicara tailing di Papua, Sulawesi, Jawa dan Kalimantan….mengertilah wahai manusia Indonesia, jika kami kehilangan habitat dan mati satu demi satu, apakah kalian pikir, kalian juga akan selamat dan bisa terus berpesta ulang tahun, tahun baru atau pesta demokrasi…..

Pokoknya kedua capres dan cawapres itu menekankan bahwa lingkungan hidup yang adalah dasar bagi kelangsungan kehidupan hayati, termasuk manusia, jangan sampai mengalami krisis. Intinya, mereka berdua berkomitmen untuk menjaga lingkungan hidup agar tak terdegradasi dan mengalami kehancuran yang parah. Mereka sekaligus telah menantang pasangan calon lain untuk juga mau berkomitmen yang sama dengan mereka untuk perduli pada lingkungan, alam dan kelestariannya.

Tentu saja kedua capres dan cawapres itu sukar untuk menang, tapi paling tidak mereka sudah berani untuk tampil demi mengusung sebuah visi, misi dan program yang konkrit dan pasti. Hal yang selama ini diabaikan atau dinomer duakan oleh para calon lain. Terutama sekali, mereka telah mengkritik kita secara tak langsung, bahwa mengapa sih kebanyakan kita punya mental tempe, dan takut untuk jadi pemimpin dan mencalonkan diri jadi Presiden atau wakilnya. Tidak berani bertarung dan berjuang seperti Kennedy atau Barack Obama yang kendati dari kelompok minoritas, tapi berani menantang mayoritas atau yang terlanjur dimayoritaskan. Dalam hal ini, saya salut pada wacana yang dilontarkan Haji Rhoma Irama tentang pencawapresan dirinya, walau kemungkinan itu kecil. Mengapa di negara yang penduduknya mendekati 250 juta ini, yang dianggap pantas jadi presiden hanya dua atau tiga orang…..jangan-jangan kita telah jadi korban rekayasa dan opini, lalu hilang keberanian, kalah sebelum bertanding. Lalu kepemimpinan model apa yang akan lahir dari menebar caci maki, rasa takut dan intimidasi…..pemimpin Facis, dictator atau demokratiskah yang kita mau pilih?....waspadalah, waspadalah!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar