BLOG INI UNTUK BERBAGI RASA DAN PIKIR, LEBIH BAIK SALAH TAPI MEMBERI DARI PADA BENAR TAK MEMBERI
Kamis, 22 Mei 2014
VISI, MISI ATAU MANTRA
Jika mengacu pada visi, misi dan program kedua pasang capres dan cawapres yang bertarung pada pilpres kali ini, maka memilih salah satunya sama dengan memilih yang lain. Persatuan, gotong royong, Pancasila, UUD, kedaulatan dan kemandirian adalah keyword utama kedua pasang calon. Hanya bahasa dan aksentuasi yang berbeda, lihat saja visi JW-JK yang mengangkat tema gotong royong, apa berdanya dengan kata ‘ persatuan’ dalam visi PS-HR. Visi JW-JK berbunyi “ Terwujudnya Indonesia yang berdaulat mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.” Sedangkan visi PS-HR berbunyi “ Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil makmur, serta bermartabat”
Kesamaan lain yang menonjol adalah penggunaan kata ‘wujud’ plus prefiks dan sufiks-nya. Delapan misi JW-JK selalu dimulai dengan kata ‘ mewujudkan’ . Misi PS-HR yang hanya tiga butir juga dimulai dengan kata ‘ mewujudkan’. Di bawah ini teks misi kedua kubu yang bertarung.
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah
2. Mewujudkan masyarakat maju berlandaskan negara hukum
3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas aktif
4. Memujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
6. Mewujudkan negara maritim yang mandiri yang kuat
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan
PS-HR
1. Mewujudkan negara yang aman, sejahtera, demokratis, dan berdaulat, serta konsisten melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
2. Mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, berkerakyatan, dan mandiri
3. Mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial, dengan sumber daya manusia yang berakhlak, berbudaya luhur, dan berkualitas tingga.
Kesan yang muncul adalah, sepertinya visi dan misi itu dibuat instant dan terburu-buru tanpa memperhatikan kekuatan dan variasi kata yang bisa menggugah dan menginspirasi. Apakah tak ada padanan kata mewujudkan yang lebih menukik, atau kata yang sama kualitasnya tapi lebih memikat. Atau jangan-jangan semua calon ingin menghadirkan kesan mistis dan sakral pada kata wujud tersebut. Dalam dunia sufi kita mengenal aliran ‘ Wahdatul Wujud’ atau kesatua wujud, yang diterjemahkan dalam bahasa Jawa atau kejawen menjadi ‘ Jumbuhing Kaula Gusti’ yang penuh dengan makna-makna simbolik hubungan Khalik dan makhluknya, entahlah.
Deretan butir-butir misi para calon yang selalu diawali dengan kata mewujudkan, jadi seperti sebuah mantra, karena adanya persamaan bunyi di awal kalimat ( aliterasi ). Kita tahu bahwa mantra adalah susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Mantra biasanya diucapkan untuk merayu atau meredam kekuatan alam, binatang, atau manusia. Ada mantra pelaut, pemburu, untuk keberhasilan usaha, mantra pelet, mantra pengasihan, mantra hipnotis, mantra untuk menaklukkan alan atau binatang tertentu.
Allahummaj 'alni mahbuban fi qulubil..... Fabasyirni wabil ghoni, ilammi'atin wa isyrina sanaa fallahu khoirun hafiza wahuwa yaa arhamar rohimiin.
Owah gingsir sifating urip, kang owah mung katresnanku manjing dadi sawiji sajiwo lan sarogo, kalayan jiwo rogone si.... anak turune kanjeng nabi adam, ora pisah salawase gesang.
DEULEU AING DEULEU TEUTEUP
DI DEULEU KA JALMA ETA
HEUNTEU HURING HEUNTEU SEUREUP
SEUREUPKENEH KA BADAN KURING
YA HULLOH YAHULLOH YA HULLOH
Di atas adalah contoh mantra dengan kegunaan masing-masing. Semoga visi dan misi para calon di atas bukanlah sejenis mantra dan bermaksud memantrai keadaan negara yang amburadul dan terpuruk di segala bidang dan matra sekarang ini. Dan mengharap suatu perubahan yang instan dan ajaib, seperti munculnya seekor burung dari topi tukang sulap.
Di sisi persamaan yang bernada mantraisme itu, ada juga perbedaan yang bersifat dasariah. Watak nasionalisme JW-JK ada pada frasa ‘ Berkepribadian dalam kebudayaan’. Sedangkan pada PS-HR watak keislaman menonjol pada kata ‘ Akhlak’. Makanya dalam konteks ini, kita perlu terus malafazkan ungkapan ‘ Hisbulwathon minal Iman’ atau cinta pada negara adalah sebagian dari Iman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar