Tampilkan postingan dengan label yang tersisa dari halal bil halal pappri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yang tersisa dari halal bil halal pappri. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 Agustus 2015

YANG TERSISA DARI HALAL BIL HALAL PAPPRI

Seminggu telah berlalu, tapi saya masih mengenang acara Halal bil Halal Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu Dan Penata Musik Rekaman RI ( PAPPRI). Apa yang berkesan dari sana adalah sudah tentu kesempatan untuk bersilaturahmi dan bemaaf-maafandengan teman-teman sesama seniman musik yang bertebaran di Jabotabek yang luas dan jarang untuk saling bertemu. Ada juga yang menyempatkan diri datang dari kota lain, sekedar untuk melepas kangen dan bersalam-salaman.

Halal bil halal yang diadakan pada 23 Agustus 2015, di sebuah café di bilangan Pancoran itu tergolong sederhana, dan dalam format informal, serta sangat lugas dan bebas. Tak ada Mc, pemandu acara, jadwal pun tak tertata rapi. Mungkin semua mengikuti watak seniman yang maunya bebas dan rileks, dan tidak suka pada yang ruwet-ruwet dan ribet. Tidak ada undangan atau orang penting yang hadir, kecuali para pengurus dan anggota yang bebas mengobrol dan bernyanyi-nyanyi dan berjoget diiringi sebuah organ. Asap rokok dan aroma minuman seperti kopi dan teh, memenuhi ruangan tertutup ataupun terbuka yang bertenda, ditingkah celoteh dan cekikik para pencipta, pemusik dan penyanyi.

Acara mulai agak serius ketika sang Ketua Umum, Tantowi Yahya memasuki ruangan. Didului dengan foto bersama atau selfi para seniman, acara langsung dibuka dengan dialog atau diskusi ringan. Dari sessi ini, tak ada yang penting dicatat, karena pertanyaan yang muncul hanya standard saja, dan jawabannya juga sangat normatif sekali. Entah kenapa para seniman musik itu tak setangkas para sastrawan atau budayawan dalam berdialog membahas kepentingan mereka. Hanya ada satu dua yang vocal, tapi sering hanya pada masalah-masalah pragmatis dan teknis belaka. Jarang terdengar kilatan pemikiran yang bernuansa filosofis dan bernas. Ya, barangkali juga karena para pemusik lebih sering bergumul dengan nada, melodi, chord, katimbang kata-kata dan frasa seperti yang digumuli sastrawan.

Memang tidak pada tempatnya merubah acara halal bil halal menjadi ajang dialog membahas yang berat-berat dan serius. Tambah lagi sang ketum cepat berlalu, katanya ada urusan. Tapi beberapa calon penanya yang sudah mendaftar jadi kecewa. Untung muncul seoranng superstar local memecah suasana yang mulai tidak kondusif itu. Ketika orang mulai jenuh mendengar nyanyian teman-teman yang rata-rata kurang dari sudut pandang entertainment, tampillah Amin Ivos, pencipta, penyanyi dan musisi gaek itu di atas panggung kecil membakar suasana. Dengan lagu-lagu rock n roll seperti Blue Suede Shoesnya Carl Perkins, atau Roll Over Bethovennya The Beatles, Bang Amin, begitu ia disapa, mampu membuat semua teman berjingkrak-jingkrak kayak batu gelinding, sebelum acara ditutup oleh Tito Sumarsono & The Gang dengan lagu-lagu barunya disamping yang pernah dipopulerkan oleh Chrisye.