Minggu, 23 November 2014

BAHASA BUDAYA TNI/POLRI



Pasca bentrok TNI-Polri di Batam 19 November lalu, semua pihak seperti dihentak oleh sebuah realitas adanya relasi yang tidak sehat, harmonis dan kondusif di lini bawah para penjaga keamanan dan pertahanan Negara ini. Dan kejadian serupa telah berulang kali terjadi di seantero negeri, di Batam saja baru terjadi 2 bulan yang lalu, tepatnya pada 21 september 2014. Apa pasal? Para petinggi kedua belah pihak melontarkan alasan dan penyebab yang beragam. Ada yang mengatakan karena masalah kesejahteraan, ada yang bilang itu problem leadership bahkan melihat pada sistem recruitment yang kurang tepat. Namun apapun alasannya, bentrok itu telah terjadi dan telah menimbulkan kerugian serta trauma di kedua belah pihak, juga terutama bagi rakyat yang menjadi sangat ketakutan dan tidak aman. Semoga tak menjadikan dendam yang tak ada habisnya dan bereskalasi jauh tak terkendali. Presiden Jokowi pun telah mewanti-wanti agar kejadian seperti itu tidak menjadi permanen.

Terkait dengan absurditas itu maka sungguh sangat membesarkan hati himbauan Danjen Kopassus, Doni Monardo, agar setiap anggota baret merah setiap hari wajib memiliki teman baru baik dikalangan TNI, Polri maupun masyarakat. Mayor jendral itu mengingatkan para anggota kopassus agar menghindari 3 M : Melotot, Marah dan Mukul. Yang harus dilakukan adalah 3 S : Senyum, Sapa dan Salam. Pangdam Jaya Mayjen Agus Sutom di hadapan ribuan prajurit TNI dan Polri di Mako Kopassus, Jumat 21 November kemaren juga menghimbau hal yang sama sembari menambahkan, “ Daripada melotot, gigi copot lebih baik ke starbuck ngobrol. Tukaran no HP ada mamfaatnya.”

Andai secara konsisten sikap-tindakan, wejangan dan himbauan yang bijak disampaikan oleh setiap perwira, komandan dan petinggi TNI-Polri, tentu gesekan dan bentrok tidak akan kerap terjadi. TNI-Polri kan juga manusia yang ingin hidup tentram, damai serta sejahtera. Peragaan kepemimpinan yang mencerahkan dulu telah diperagakan dan dicontohkan oleh mantan Menteri Pertahanan/Panglima Abri. M. Jusuf. Setiap kali melakukan inpeksi dalam kunjungan dinas ke daerah, beliau senantiasa menepuk-nepuk bahu prajurit TNI maupun Polri sembari bertanya ini dan itu tentang kesejahteraan prajurit. Biasanya beliau akan bertanya, “ Sudah makan belum?” dalam logat bugis yang kental. Tidak heranlah jika tentara dan polisi di era kepemimpinan M. Jusuf jarang mengalami friksi apalagi bentrok yang sampai memakan korban dari kedua pihak.

Di era M. Jusuf sebagai panglima Abri, Polri pun mempunyai role model kepemimpinan yang mereka hormati dan cintai, yaitu Jendral Polisi Hoegeng Iman Santoso. Menurut pengmat konon di Indonesia hanya ada tiga polisi yang jujur ; Polisi tidur, Patung polisi dan pak Hoegeng. Disamping sebagai Pemimpin yang jujur, tegas, kritis – beliau pengkitik Suharto yang tajam- tapi kalem dan lembut, beliau juga sosok penghibur yang piawai dan mumpuni. Setiap sebulan sekali wajah dan suara beliau muncul di TVRI Pusat menyanyikan lagu-lagu hawaian bersama group Hawaian Seniors. Saya sendiri pernah berpartisipasi dalam acara tersebut dan tidak melihat ketika itu pak Hugeng sebagai jendral penegak hukum yang tinggi dan ekslusif, tapi betul-betul tampak sebagai seorang rakyat biasa dan seniman sungguhan. Lagu-lagu hawaian dinyanyikannya secara prima, penuh melankolia, dengan penghayatan yang total. Beliau tidak risih bernyanyi disamping para penari latar yang menarikan hula-hula dengan tampilan seksi dan lenggak -lenggok yang gemulai tapi penuh makna, “ Night and day on blue hawaaii..i …i….” begitu beliau pernah berlagu menirukan Elvis Presley.

Jika petinggi polisi atau TNI boleh bernyanyi-nyanyi atau berkesenian seperti dulu pak SBY yang jago mencipta lagu dan bermain band – pak Wiranto suaranya kayak Broery Pesolima lho - , mengapa para prajurit tidak boleh. Hal inilah yang justru akan melembutkan hati mereka, dan mendekatkan para prajurit kepada keindahan hidup yang jauh dari kekerasan dan kekacauan, melainkan keteraturan dan harmoni antar sesama dan lingkungan dan terutama dengan diri sendiri. Di masa damai yang jauh dari perang ini, untuk mengurangi dan mengurai tekanan hidup yang membosankan di barak atau ditempat tugas, maka segala bentuk dan jenis kesenian adalah sangat perlu dan memberi mamfaat untuk dikembangkan dan dihayati oleh para prajurit. Dengan banyak berlatih kesenian untuk menjadi virtuoso maupun diletant, seorang prajurit akan punya waktu dan hidup yang lebih bermakna, tidak terlalu sepi, tegang dan monoton. Pokoknya akan ada kegembiraan dan kebahagian sejati yang memancar dari dalam diri, yang pada gilirannya membuat prajurit enggan menggunakan bahasa senjata atau kekerasan melainkan “bahasa budaya” terhadap segala situasi dan tekanan apapun yang nanti dihadapi.

1 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    BalasHapus