Minggu, 13 Juli 2014

DON'T CRY FOR ME ARGENTINA

DON’T CRY FOR ME ARGENTINA


Don't cry for me Argentina
The truth is I never left you
All through my wild days
My mad existence I kept my promise
Don't keep your distance

And as for fortune, and as for fame
I never invited them in
Though it seemed to the world they were all I desired

They are illusions
They are not the solutions they promised to be
The answer was here all the time
I love you and hope you love me

Di atas adalah sebagian dari lirik lagu ‘ Don’t Cry for me Argentina’ yang seolah dinyanyikan dan dipersembahkan untuk Evita Peron, istri kedua presiden Argentina, Juan Peron yang mulai berkuasa di tahun 1946. Lagu itu sendiri, lagu yang sangat poluler dan telah dibawakan oleh banyak penyanyi dunia, antara lain oleh Madonna, menggambarkan rasa cinta yang besar Evita kepada seluruh rakyat Argentina yang juga sangat mencintai dan menghormati Evita karena dengan pengaruhnya, mampu membuat Juan Peron menggelontorkan kebijakan-kebijakan polulis yang perduli pada rakyat miskin di masanya.

Tapi kini, pasca final piala dunia di Estadio Maracana, Rio de Janeiro, Brazilia, mestinya lagu itu dibawakan oleh Messi dkk, mengingat banyak banyaknya airmata yang tumpah tadi malam setelah dipastikan kesebelasan Argentina kalah tipis 1-0 dari tim panzer Jerman. Semestinya squad negara tango itu tak patut ditangisi secara mendalam karena sepanjang permainan mereka telah menunjukkan pemainan yang berkulitas, menawan serta penuh perjuangan dan determinasi yang kuat sebelum dihancurkan oleh goal yang tak diduga-duga dari Coetze tujuh menit sebelum babak pertambahan waktu kedua berakhir. Saat itu itu mereka sudah merasa safe sehingga lengah mengawal Coetze pemain pengganti Ozil tersebut. Tambahan lagi, gawang Jerman sempat bergetar di babak pertama oleh Hiaguin tapi kemudian dianggap goal off side. Dan Messi juga beberapa kali membuat peluang, hanya dewi fortuna belum menyapanya, dan lebih memihak pada tim asuhan Joachim Loew.

Hal yang sebaliknya terjadi pada piala dunia di Mexico tahun 1986. Saat itu dewi fortuna berada di pihak Argentina. Pertandingan yang naik turun secara emosional itu, awalnya dikuasai oleh Argentina dengan leading terlebih dahulu dengan dua goal. Berkat kegigihan Rumeniegge dkk, Jerman secara mengejutkan berhasil menyamakan kedudukan menjadi dua sama. Namun menjelang pertandingan berakhir, sebuah serangan balik memberi kesempatan ‘The Legend and Notourious’ Maradona melesat secepat kilat menggiring bola dan kemudian tapa mampu dibendung back dan keeper, berhasil menjaringkan sikulit bundar ke gawang Jerman, dan Argentina berjaya.

Agar semua para pendukung Argentina tak larut terlalu jauh dalam kesedihan, maka menyanyikan lagu Don’t Cry for me Argentina dan mengenang masa kejayaan Mardona atau Mario Kempes bisa menjadi pelipur lara dan penghibur hati,….

And as for fortune, and as for fame
I never invited them in
Though it seemed to the world they were all I desired

They are illusions …..






Tidak ada komentar:

Posting Komentar