Selasa, 18 Maret 2014

SYAIFUL SINRANG

Memang kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat masih termasuk kategori daerah tertinggal, tapi soal aspirasi pada hal-hal kekinian tidak tertinggal banget. Sebuah gaya hidup yang marak dan booming di tempat lain yang lebih maju, dengan cepat akan merebak juga di Sulbar. Pada masa lalu kegiatan yang menjadi fenomenal dan sangat populer di seluruh dunia, yakni kemunculan group musik ‘ Band’ juga telah menggila di Mandar di tahun 60, 70, dan 80 an. Saya masih ingat beberapa group band yang sering tampil di pattennesan ( gedung Assamalewuang Majene sekarang) dan ditempat-tempat lain. Sepertinya semua instansi pemerintah dan sekolah-sekolah menengah mempunyai paling tidak satu group band. Seingat saya band yang paling popular di waktu itu adalah ‘ Band CKC’ pimpinan Thamrin Siraju. Pimpinan band yang adalah paman saya sendiri bahkan membina kami bersaudara membentuk ‘ Band Bocah’. Kami sering tampil dipelbagai kegiatan dan yang masih berkesan bagi saya adalah waktu main di Pangali-ali, saya waktu itu untuk pertama kalinya bertugas menjadi penggebuk drum yang hanya terdiri dari snare drum, (belum ada bass drum) dan satu cymbal, sticknya lucu dengan sebuah yang berbentuk mirip sapu lidi.

Band-band dari luar daerah juga sering datang show dan unjuk kebolehan di Majene. Yang paling sering adalah band-band dari Makassar, sesekali dari Jakarta. Tapi jangan membayangkan band-band tersebut akan tampil seganas dan sekeren Black Sabbath dengan gaya sensasional penyanyinya, Ozzi Osborne yang mengusung peti mati dan tiang gantungan ke atas panggung. Atau akan ada band yang tampil dengan kacau, semrawut, crude, degrading, dan rough. Ketika itu jarang group tampil di Indonesia apalagi di Mandar seheboh dan seliar Metalica, Deep Purple, Grateful Dead, atau Jafferson Airplane. Paling banter mereka bergaya ‘flower generation’ dengan lagu-lagu setengah keras dan liar seperti San Fransisconya Scot Mc-Kenzei. Atau seperti Bill Haley and the Comet dengan hits “ Rock Aroud The Clock”. Ada juga yang condong meniru atau jadi personator Elvis Presley, The Beatles atau Chuck Berry. Tamrin Siraju sangat gandrung dan piawai meniru permainan guitar solo The Shadows dan The Ventures dengan tekhnik bending, sound reverb dan delaynya yang mengawang-awang dan melambar jauh. Di Jakarta pada era itu group Koes Plus di penjara oleh Soekarno, dengan tuduhan menyebar musik dekaden dan suara ‘ ngak ngik ngok’

Jika penyanyi nasional seperti Lilis Suryani show ke Majene maka yang mengiringi band CKC milik Kantor Bendahara Negara Majene. Yang menjadi kenangan abadi bagi saya adalah ketika menyaksikan show penyanyi Makassar asal Pamboang yang popular saat itu, A, Syaiful Sinrang. Beliau yang juga adalah budayawan Mandar, saat itu tampil memukau secara solo dengan gitarnya sambil massaya-sayang. Namun sayang di sayang Syaiful Sinrang ketika itu tampil di sebuah gedung Taman Kanak-kanak ( sekarang TK Tamalanrea), sehingga saya yang waktu itu masih kecil tidak kebagian tempat yang memadai untuk menyaksikan semua performance dan entertainmen Syaiful Sinrang, kalah bersaing dengan orang-orang dewasa yang saling berebut duduk paling depan. Saya hanya bisa melihat live concert itu lewat jendela, sehingga sepatu boot hak tinggi beliau tidak tampak. Tapi aksesoris beliau yang bagian atas lumayan jelas, untuk ukuran jamannya, penampilan Syaiful Sinrang sudah luar biasa. Busananya saja dari kulit, ditambah gesper lebar, hanya saja belum ditambah dengan rantai dan simbol-simbol aneh seperti musisi jaman sekarang. Hanya ada selembar handuk kecil yang melilit dilehernya yang berfungsi dobel, sebagai hiasan atau penyeka keringat. Syaiful Sinrang dengan postur tubuh yang besar dengan rambut koni, serta bakat tak kalah besar dengan Elvis Presley atau tak kalah ganteng dan garang dengan rockers2 manapun, telah membuat saya terpesona pada betapa indah dan bernilainya lagu-lagu daerah atau lagu-lagu rakyat. Jenis lagu-lagu lain bukan tak indah, tapi masing-masing punya karakter dan kekhasan tersendiri yang harus diapresiasi dan dihayati. Dan lagu yang membuat para penonton terhenyak, larut dalam emosi ke-Mandaran yang dibawakan Syaiful Sinrang saat itu adalah lagu’ Wattu Timor di Pamboang’.

Wattu timor di Pamboang
Di wattu marrang bulang
Meakke’mi pangoli
Naembus timur lauq

Asiq naung talittiqna
Sangnging bondeq mapute
Diengei mattayang
Pambawa tuing-tuing

Innami tandisengaq
Kappung pembolongatta
Pandeng loka pereqna
Taqlalomi mammisna

Da le’ba mualuppei
Bambangang cakalanna
Nitunu tangnga bongi
Muaq marranni bulang


3 komentar: