Minggu, 13 Juli 2014

ISRAEL, PIALA DUNIA DAN PILPRES YANG ANEH

Banyak hal-hal aneh dan sukar diterima akal sehat terjadi di dunia akhir-akhir ini. Di Timur-tengah, Israel yang dalam sejarah diasosiasikan sebagai Thalut, pahlawan bertubuh kecil pilihan Nabi Daud, mampu mengalahkan sang angkara murka yang raksasa, Jalut. Kini, dalam konteks masalah Palestina-Israel, telah berubah menjadi Jalut yang besar, kejam dan brutal. Karena kematian tiga remaja Israel yang tidak diketahui apa penyebab dan siapa pembunuhnya, dan terjadi di Tepi Barat, bukan di Jalur Gaza ( menurut satu sumber), Israel lantas melakukan penyisiran secara membabi-buta di Jalur Gaza dan menangkapi orang-orang yang dianggap mencurigakan sekaligus menahan ratusan anggota Hamas yang tidak tahu menahu masalah.

Menurut salah seorang relawan Bulan Sabit Merah dan Merc-E dari Indonesia, Israel telah membakar hidup-hidup seorang pemuda Palestina yang ditangkap ketika protes penyisiran secara sewenang-wenang berlangsung. Seorang pemuda bernama Mohammed Dudin juga mengalami nasib mengenaskan, ditembak oleh tentara zionis ketika sedang berdemonstrasi. Tindakan semau-gue dan kejam tentara Israel ini, telah memicu kemarahan pejuang-pejuang Hamas, sehingga melepaskan roket-roket ke wilayah Israel. Israel pun membalasnya secara brutal dan tak proporsional dengan menembakkan rudal-rudalnya kesasaran-sasaran sipil dan rumah-rumah warga. Berita terakhir, sudah ada hampir 100 an warga sipil Palestina yang tewas, diantaranya sekitar 11 wanita dan 18 orang anak-anak. Lebih dari 600 an luka ringan atau berat. Israel bukan saja menggunakan rudal untuk mencecar Hamas, tapi melepaskan tembakan roket dari pesawat F 16, serta menggunakan Drone ( pesawat tanpa awak) untuk mengintai dan memantau situasi.

Tindakan Israel yang hingga saat ini masih menteror dan menembaki Jalur Gaza, telah membuat Gaza menjadi kota mati dengan mayat-mayat berjatuhan tanpa kemungkinan untuk ditolong dan dievakuasi segera, karena Israel juga menembaki kendaraan ambulance dari organisasi Bulan Sabit Merah dan tim relawan kemanusiaan dari mancanegara. Bahkan Israel kini seperti tengah bersiap untuk melakukan serangan besar-besaran dengan memobilisasi pasungan cadangan untuk melakukan serangan darat. Sikap dan tindakan Isreal yang kalap seperti Jalut telah dikecam dan dikutuk oleh warga dunia, namun seperti biasa, Amerika Serikat, sekutu abadi Israel, tetap membelanya. Waktu tulisan ini dibuat, tampak SBY di televisi mengecam dan mengutuk tindakan brutal Israel tersebut dan menyeru pada PBB dan Iran sebagai ketua KTT Non Blok untuk mengambil langkah cepat dan perlu untuk mengakhiri bencana atau paling tidak melakukan gencatan senjata.

Menyimak situasi di Palestina, kita tak perlu emosi dan ikut-ikutan kalap dan gelap mata seperti kaum zionis, tapi tetaplah mengirim doa bagi keselamatan rakyat Palestina. Begitu himbauan salah seorang relawan kemanusiaan Indonesia di Gaza. Rakyat dan pejuang Palestinan, telah bersikap pasrah dan tawakal terhadap situasinya, dan menganggap mati mempertahankan tanah airnya adalah ‘ Syahid’. Sesungguhnya moral dan semangat juang mereka lebih tinggi dan jelas, katimbang Israel yang hanya mengandalkan pada claim yang tak jelas dan berlindung dibalik senjata berat dan canggih.

Insya Allah, rakyat dan pejuang Palestina takkan sengawur dan seceroboh kesebelasan samba Brazil waktu menghadapi tim Panzer Jerman di pertandingan semi final tgl 9 lalu. Akibat tidak turunnya dua andalan Brazil, Neymar dan T. Silva, yang cidera dan kena akumulasi kartu kuning, menghadapi tim kuat dan solid Jerman, melakukan kompensasi dengan lebih bermain nekat daripada cantik dan taktis yang merupkan ciri khasnya selama ini. Sejak pluit pertama mereka sudah keluar menyerang dengan tikaman-tikaman tajam tanpa bisa membobol gawang lawan yang seperti pandai menangkis dan bertahan. Brazil seperti kehilangan orientasi serangan dan titik panduan untuk menggulirkan jalur dan bola yang tepat dan terarah. Tanpa kordinator penyerang dan bastion utamanya, Silva, Brazil hanya bisa membuat satu goal dan kemasukan 7. Mueller dkk betul-betul seperti bermain futsal saja malam itu, dengan goal-goal yang seperti begitu mudah dicetak. Sungguh aneh sebuah kesebelasan yang telah menjadi juara dunia lima kali, bisa kalah telah 7-1. Ini adalah skandal sepakbola terbesal bagi Brazil setelah kekalahan memalukan dari Uruguay 6-0 di tahun 1930. Seharusnya, walau tanpa Neymar dan Silva, Brazil tidak kalah begitu telak dan memalukan.

Seandainya partai semi final lainnya antara Argentinan vs Belanda dimenangkan Belanda, maka kita pasti bisa menyaksikan laga kesempatan bagi Belanda untuk revanche atas kekalahan mereka di final oleh Jerman di tahun 1974. Waktu itu, sungguh aneh Belanda yang diunggulkan karena bertabur bintang-bintang seperti Johan Cruypt, Jhonny reep, Neesken bersaudara, dll, dengan gaya permainan total footbalnya, bisa dikalahkan oleh Jerman yang dikomandoi back handal Beckembauer dan Muller sebagai striker dengan skors tipis 2-1. Surprise yang terjadi saat itu sama mencengangkannya dengan kekalahan Brazil yang memalukan itu.

Keanehan lain adalah yangterjadi di ajang pilpres. Masalah bukanlah pada siapa yang akan memang atau kalah, tapi kemunculan kaum yuppies yang snobis dan terkesan mau benar sendiri serta seakan memiliki legitimasi moral untuk mendominasi dan menghitamkan yang lain. Pada sesama warga negara yang kebetulan berbeda orientasi politik, mereka yang sok elite dan menyangka diri mereka paling modern dan makhluk terup to date, tak lagi melihat adanya sedikit sinar, dan selalu dianggap sebagai ancaman dan trouble maker. Merebut medan pertarungan wacana, melakukan kekerasan simbolik, dan memberi label-label tertentu terhadap lawan politik telah dilakukan sejak lama, secara terstruktur, ajeg dan terpola. Rakyat kecil yang ketika pada hari biasa dilewati begitu saja terbengong-bengong di tepi jalan dalam run on the road mereka berweek end dan outing, kini didekati dan dibujuk untuk bersatu wacana. Kaum papa dielus-elus kemudian dicibiri dan didiamkan kembali. Cara mereka bersikap, berbicara dan berbusana tak bisa menutupi sikap munafik mereka. Kaum yuppyes yang kena penyakit snobisme politik itu ada di kedua kubu kandidat presiden dan wakilnya.

Dan yang lebih aneh lagi, dalam ajang pilpres kali ini, muncul dua pemenang. Lalu siapa yang kalah? Yang pasti rakyat kecil akan selalu kalah dan selamanya hanya makan angin sorga!.


Jakarta 11 Juli 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar