Senin, 03 Februari 2014

MISTERI DI SITU GUNUNG

Aku selalu menikmati perjalanan kemanapun itu, termasuk outing ke Situ Gunung, di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada libur panjang tahun baru Imlek kemaren, 31 February. Apalagi perjalanan menembus alam dan cuaca, penuh tantangan dan mendaki. Eksotisme dan Sensasi dari alam pegunungan senantiasa memberi kenangan tersendiri yang terlalu sayang untuk tak diabadikan dalam tulisan. Nuansa keindahan yang menyeruak dari keluasan bersatu dengan musik jiwa , mengalun menggemakan jerit kerinduan pada Sang Pencipta. Sebuah romantisme akan selalu mengambang bersama khayalan yang menembus kabut misteri pegunungan.

Melawan ketakutan pada cuaca dan hujan yang tak menentu, akhirnya kami tiba di resort Tanakita jam tiga sore, tepat ketika hujan lebat mulai turun. Angin badai yang datang tiba-tiba menerpa tenda-tenda dan pepohonan membuat wajah-wajah kami terlihat tegang, tak terkecuali wajah guru-guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang turut besama kami, pak Zubairi Djoerban , ibu Ganesya Harimukti, dll. Tapi syukurlah itu tak berlangsung lama, sehingga mengembalikan keceriahan pada jiwa semua peserta outing. Kopi, teh, kue-kue dan minuman ringan lainnya mulai bisa dinikmati untuk menghilangkan penat selama perjalanan yang klise dengan kemacetannya ; Pada hari libur panjang, Jakarta sampai Cisaat Sukabumi selalu dipenuhi kendaraan yang menyempitkan setiap ruas jalan.

Resort tempat kami menginap dalam tenda waterproof dan fire retardant, dikelilingi pohon-pohon konservasi, diantaranya Damar yang tinggi-tinggi dan lebar batangnya, Puspa, Rasamala, Cantigi, dll. Ada satu dua akasia dan trembesi di antaranya. Bajing dalam jumlah banyak berlompatan di dahan dan ranting-ranting pohonan. Tapi cerita mulai menarik ketika seorang karyawan resort yang kadang jadi ranger atau guide ke gunung mulai cerita tentang kerap munculnya macan kumbang, sejenis macan tutul Jawa yang berwarna hitam di sekitar resort Tanakita dan Situ Gunung. Konon dulu salah seorang tamu telah mendeteksi pergerakan raja hutan itu dengan keker infra merah yang bisa menembus ketebalan dan kedalaman hutan.

Dengan satu keyakinan, bahwa selama habitat para raja hutan itu tidak diganggu, mereka pun tidak akan turun gunung untuk menunjukkan kekesalannya, apalagi akan menerkam salah seorang dari kami. Akhirnya acara seremonial dan hiburan di tanah yang lapang di bawah langit, dapat berlangsung lancar dan sukses tanpa diganggu oleh rasa was-was dan khawatir pada gangguan alam dan penghuninya yang memang di mana-mana sedang menunjukkan taringnya akibat ulah manusia yang merusak dan mengganggu ketentraman alam dan species langkanya. Malam itu hujan menunda curahannya, angin yang bertiup dari lembah pun terasa sejuk, walau hawa dingin tak juga bisa dihalau. Kota Cisaat dan Sukabumi tampak terang dan kelap-kelip di kejauhan. Ada beberapa bintang yang senyum malu-malu di atas sana karena langit tak sepenuhnya terang, tapi bercampur awan kelabu yang keputihan.
Situ gunung yang dibangun oleh seorang bangsawan Mataram yang lari dan bersembunyi karena kejaran kompeni Belanda, Mbah Jalun, memang memang penuh aroma mistis. Usai acara makan-malam dan nyanyi-nyanyi, ketika saya tengah asyik menikmati kopi dan udara sejuk dingin di tenda utama, saya melihat pak Zuberi menyelinap keluar dari tendanya dengan kamera canon yang berharga sebuah motor gede. Saya diam-diam mengikutinya sambil menjaga jarak agar tak diketahui beliau. Rupanya pak zuberi asyik memotret, klak-klik klak-klik. Dalam hati bertanya apa gerangan yang menarik baginya sehingga banyak mengambil gambar pada malam-malam begini. Didera oleh rasa ingin tahu, akhirnya saya menyapa beliau dan bertanya apa saja yang telah dipotretnya. Dengan wajah penuh kemenangan dan rasa puas, beliau mengatakan telah memotret seekor macan kumbang yang menyelinap diantara pohonan dan tenda sebelah bawah dekat tenda tempat saya menginap. lalu beliau menunjukkan pada saya sebuah gambar yang memang ada penampakan seperti seekor macan. Bergidik juga hati dibuatnya. Tapi saya tak menunjukkan perasaan ngeri pada beliau, karena ada sedikit keraguan pada bayangan yang ditangkap kameranya itu.

Semalam saya tidak bisa tidur mengingat kemungkinan benarnya kenyataan yang ada di kamera pak Zuberi. Tambah lagi karena gigi terasa sakit dan ngilu oleh hawa dingin yang datang dari tanah naik ke matras tempatku berbaring. Dalam hati timbul hasrat untuk membuktikan ketidak benaran asumsi yang ditimbulkan oleh kamera canon pak zuberi, bahwa ada macan kumbang yang turun gunung tadi.

Pagi-pagi sekali saya sudah bangun bersiap-siap turun ke Situ Gunung melewati jalan setapak yang menurun dan menanjak. Setelah sarapan, bersama pak Fausi, teman setenda, saya mulai perjalanan yang melelahkan ke danau. Kendati tak begitu jauh, hanya kira-kira lima belas menit lamanya, tapi perjalanan melalui jalur alternatif itu sungguh melelahkan, karena jalan licin yang dipenuhi oleh semak belukar, daunan luruh dan pohon tumbang. Tapi pemandangan yang tampak di bawah lembah sungguh indah dan mengasikkan ditambah dengan pohon-pohon kopi sepanjang kiri jalan memberi nilai tambah yang besar dan membayar penat yang ada.

Tiba di danau aku sungguh takjub oleh keindahan yang tampak di mata. Seperti “Sangrila” di tengah pegunungan Himalaya yang pernah saya lihat di sebuah film. Di tengah danau ada sebuah pula kecil, di sampingnya ada orang yang mendayung sampan. Di seberang, gugusan pohon cemara, puspa, dan damar yang bayangannya seperti berenang di permukaan danau, menambah indah pemandangan. Di tepian para seniman pengrajin ukiran dari kulit damar semakin membuat Situ Gunung jadi seperti sebuah maha karya seni ciptaan Tuhan yang maha sempurna. Dalam perjalanan pulang ke resort Tanakita, Aku memungut beberapa bunga cemara yang berjatuhan dan yang telah berserak mengering. Bentuknya seperti buah nenas yang kulitnya berlipat-lipat, katanya bunga cemara itu bisa jadi pemantik api.

Menjelang resort, di sebuah tanah lapang, dekat villa merah, aku melihat dua ekor anjing gembala Jerman ( Shepherd atau Schafer ) yang sedang bercengkerama sambil menikmati makanannya. Kiranya inilah jawaban dari rasa penasaranku pada keberadaan macan Kumbang yang katanya berkeliaran di Sekitar Situ Gunung dan Resort Tanakita. Memang kulit anjing gembala itu coklat dengan variasi hitam. Tapi dalam kegelapan akan tampak hitam legam, seperti macan kumbang. Tubuhnya yang besar mendekati besarnya sang raja hutan. Belakangan saya tahu bahwa anjing Jerman itu peliharaan salah seorang owner Tanahkita, dan para karyawan memang membiarkannya berkeliaran di sekitar resort. Boleh jadi Itulah yang dipotret oleh pak Zuberi semalam yang memang sedang gandrung-gandrungnya pada seni photografi.

7 komentar:

  1. mula-mula saya sangat tertarik dgn pembahasan misteri macan kumbang eh ternyata hehe

    BalasHapus
  2. bisa saja asumsi saya salah dik Anisa Anwar, dan yg dipotret pak Zuberi benar-benar macan kumbang, he he aniway, makasih komennya...

    BalasHapus
  3. Menarik ceritanya mas...tp wkt ane k lokasi trsebut pd bulan oktober 2014 lalu, sepanjang pintu masuk wisata tersebut,hingga lokasi curug sawer, ane ngobrol dg bpk separuh baya smbil membawa dagangan, yg akan d jajakan d curug tsb,beliau meyakini ane bahwa benar adanya maung atau macan kumbang tsb, kebetulan slama prjlanan dg si bapak, ane melihat jejak kaki sperti harimau, ukuran'a pun besar,&sampai skarang ane masih simpan foto jejak maung tsb...

    BalasHapus
  4. ya, memang banyak orang asli sana dan karyawan resort meyakini benar keberadaan macam tersebut....foto mas adalah salah bukti otentik, makasih komennya

    BalasHapus
  5. sedikit kasih pengalaman, dulu tahun 2007 ane ngadain acara LDKS sekolah ane selama 3 hari disana
    kejadian aneh yang ane alamin, selama disana pasti turun hujan setiap jam 3 sore sampe jam 10 malam,
    lokasi camp ane deket banget sama parkiran kendaraan, di pos depan situ gunung, setiap malem kalo ane lagi kontrol area selalu nemuin anjing warna putih bermata merah nyala (merah delima) ada di deket MCK depan

    BalasHapus
    Balasan
    1. ajing liar itu kang.jadibjangan terlalu di obsikan dengan goib.
      sesungguhnya goib itu kan berubah menyerupai apa yang kamu takutkan.( setan jin.dan iblis)

      Hapus
  6. berarti disana masih ada harimau nya.ya saya mohon hati hati kalo berwisata malam atau siang kuatir jadi korban santapan harimau

    BalasHapus