Senin, 24 Maret 2014

CAPESU DAN CAPENE

Bukan tak sudi dengan publikasi beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) tentang 60 an caleg yang dianggap bersih, tapi agak risih saja. Kok kita sebagai manusia biasa yang juga pasti banyak kekurangan berani-beraninya memvonis orang bersih atau kotor di depan publik terkait dengan hajat politik mereka. Sejatinya adalah hak setiap warga negara untuk menilai karakter dan watak orang yang hendak maju menjadi pejabat publik dan wakil rakyat. Tapi asas praduga tak bersalah atau prinsip tidak suudzon atau berprasangka buruk mesti juga dipegang dan dikedepankan. Karena betapapun mereka yang sudah divonis kotor itu juga saudara sebangsa dan setanah air atau seagama yang pasti selalu berusaha menjadi orang baik, karenanya berani untuk tampil mengemban tanggung jawab sosial kemasyakatan dengan segala resikonya. Ngga usahlah dijatuhkan semangat dan mencoreng arang ke wajah mereka, kasihan dunk, mereka juga pasti punya harga diri dan rasa malu. Bagaimana jadinya kalau rakyat rame-rame hanya mencoblos mereka-mereka yang dianggap bersih yang jumlahnya hanya sekitar 60 an, padahal yang dibutuhkan ribuan anggota legislative di seluruh Indonesia.

Apa ada jaminan bahwa mereka yan telah dicap bersih akan bersih selamanya. Atau yang dianggap kotor akan hitam selamanya. Dulu siapa yang meragukan kebersihan seorang Nazaruddin, Anas Urbaningrum, A. Mallarangeng, Akil Mochtar, Angelina Sondakh yang moralitas dan kapabilitasnya juga telah diuji oelh dewan juri pemilihan Miss Indonesia, para ketua partai berlabel Islam, para angota DPR yang korupsi berjamaah di pusat dan daerah, dll, dll. Sebuah Hadis Rasul yang intinya berbunyi dan telah jadi aksioma, bahwa manusia dilahirkan ibarat kertas putih bersih, orang tua atau lingkunganlah yang membuatnya jadi begini dan begitu. Jadi dalam konteks politik dan kenegaraan, keteladanan dan sistemlah yang telah membentuk watak-watak kotor tersebut. Yusril Ihsa Mahendra pernah mengatakan bahwa, sebejat apapun seseorang jika ia masuk ke dalam system yang bersih, pasti akan ikutan besih juga. Dalam system yang bersih seperti Singapore dan Jerman, orang tidak akan berani macam-macam, apalagi akan leluasa korupsi dan melanggar hukum, karena pasti akan dihukum berat.
Secara personal, kita tak boleh juga secara mutlak meremehkan kemampuan manusia serta pengaruhnya dalam membentuk masa kini dan masa depannya. Kita jangan seolah berkata, “ Anda semua telah terikat erat dengan takdir yang mendahului, tak ada lagi peluang untuk membebaskan diri darinya. Anda semua digiring kearah nasib yang telah ditentukan sepenuhnya atas diri kalian. Silahkan bekerja keras sekeranya, namun kalian tak mungkin berhasil keluar dari garis yang telah tersurat, apapun juga usaha kalian.” Kita mesti percaya kepada hidayah Allah yang berkuasa sepenuhnya atas apapun termasuk merubah takdir dan Qadar yang telah ditetapkannya

Allah berfirman dalam Ar-Rum ayat 43-44, “ Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama ( Islam ) yang lurus, sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak kedatangannya ; pada hari itu manusia akan terpisah-pisah. Barang siapa yang kafir, maka ia sendiri yang akan menanggung akibat kekafirannya itu; dan barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan ( tempat yang menyenangkan )
Sejatinya hanya Allah semata yang Maha Kuasa untuk menjadikan manusia seluruhnya seperti malaikat, yang takkan pernah mendurhakai Allah dalam segala perinta-Nya dan yang senantiasa mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada mereka. Namun Allah pasti juga sanggup menciptakan manusia dalam acuan yang lain, sebuah acuan yang mampu membuat manusia itu sendiri bengkok atau lurus. Lalu Allah akan memasukkan manusia semuanya dalam suatu perlombaan umum, atau ujian yang bebas. Maka setelah itu akan ketahuanlah siapa calon penghuni neraka dan siapa calon penghuni surga. Jadi dalam tilikan agama dan di hadapan Allah SWT, setiap caleg atau capres, tak perduli latar belakang dan track recordnya, atau atribut dan cap yang telah disandangnya, sesungguhnya juga sedang berkompetisi dan berkontestasi sebagai Calon Penghuni Surga ( Capesu ) dan Calon Penghuni Neraka ( Capene ). Wallahu ‘alam bissawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar