Senin, 21 Februari 2011

KALINDA'DA BERCORAK TASAUF DI MANDAR


Kalinda’da bercorak Tasauf di Mandar ( Mistik Islam ). Puisi kalinda’da yang membahas masalah keagamaan dibidang tasauf disebut kalinda’da masa’ala. Disebut begitu karena masalahnya selalu ditanyakan lebih dahulu kemudian disusul jawabannya dalam bentuk kalinda’da pula. Yang dipermasalahkan antara lain hal yang bertalian dengan asal kejadian manusia, hubungan nyawa dengan Tuhan, serta titik dan alif dalam arti simbolik. Asal kejadian manusia: Apa natiri’ tubu/ naparabue’ nyawa/ melo’ uissang/ melo’ uajappui ( dari apakah tubuh dibentuk/ dari apakah nyawa dibuat/ ingin kukenal/ingin kupahami benar. Jawaban : Iadi natiri’ tubu / napara’bue’ nyawa / alusna puang / marandanna Muhamma’ ( Yang dibentuk menjadi tubuh / yang dibuat menjadi nyawa / ialah halusnya Tuhan / jernihnya nabi Muhammad ) Tentang Nur Muhammad : Mua’ diang mappallewbu’/ tajang nurung Muhamma’ / iyau tagung / melo’ meannangguru ( kalau ada yang menerangkan sebenar-benarnya / terang cahaya atau nur Muhammad / saya sanggup / mau berguru ). Hubungan nyawa dengan Tuhan : Nyawa di anna Puang /sipoapai tia / melo’ uissang / melo’ uajappui ( antara nyawa dengan Tuhan / bagaimana pertaliannya / ingin kukenal / ingin kukenal benar ). Jawaban : Mua’ nyawa na dipau / Puang na dibulittar /i’dami mala / di penaba-nabai ( kalau nyawa yang akan dibicarakan / Tuhan yang akan dipaparkan / sudah tak bisa / dipikir-pikirkan ). Tentang titik dan alif : Inna andi inna kaka / tatti’ anna alepu’/ melo’ uissang / melo’ uajappui ( mana adik mana kakak / antara titik dengan alif / ingin kukenal / ingin kufahami benar ). Jawaban : ta’ andi takkaka toi / tatti’ anna alepu’ / ia membolong / ia dipembolongngi ( bukan adik dan bukan pula kakak / antara titikdan alif / dia yang mengandung / dia yang dikandung ). Titik di sini dalam pengertian simbolik. Titik maksudnya nyawa, sedang alif maksudnya tubuh. Puisi kalinda’da ini menyatakan bahwa antara nyawa dengan tubuh saling melingkupi, yang satu tidak dapat dipisahkan dengan yang lain. Jakarta 22 Februari 2011 Syafiyullah Pilman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar