Minggu, 02 November 2014

KIAT IGNATIUS JONAN

Sektor perhubungan adalah yang sejak dulu menjadi bottleneck bagi kemajuan Indonesia. Padahal Sektor perhubungan mirip pembuluh darah dalam diri manusia yang membawa darah bermuatan oksigen atau energi keseluruh tubuh. Salah satu sub sektornya adalah PT Kereta Api Indonesia ( KAI ), sejak jaman Belanda sudah dikelola secara semau gue dan korup. Tak pernah mencetak laba bahkan nyaris menjadi fosil, tapi sejak dimandori oleh Ignatius Jonan yang sekarang menjadi Menteri Perhubungan, dari korporasi yang selalu merugi menjadi usaha negara pencetak laba yang signifcan dan efisien.

Diangkatnya Ignatius sebagai menhub oleh presiden Jokowi tak lepas dari suksesnya melakukan transformasi mendasar di tubuh PT KAI. Gebrakan kongkritnya sejak diangkat dirut PT KAI oleh Sofyan Jalil ditahun 2009 adalah membersihkan kesemrawutan jadwal dan urusan keberangkatan, membuat penumpang merasa nyaman, aman naik kereta dengan biaya murah, membersihkan pedagang kaki lima dari kereta ekonomi, memasang pendingin ruangan (AC) di kereta ekonomi, menghilangkan kebiasaan penumpang yang naik di atap kereta api, penerapan tiket elektronik di commuterline, pembelian tiket secara online juga kebersihan stasiun dan kereta api.

Semua prestasi kerjanya itu telah membuahkan penghargaan seperti penghargaan The Best CEO BUMN, tahun 2014. Penghargaan ini merupakan bagian dari Bisnis Indonesia Award dengan kualifikasi yakni peranan BUMN dalam menerapkan good clear government, ketidakterkaitan dengan masalah hukum, serta popularitas dari BUMN. Selain itu, pria yang pernah menjabat sebagai Managing Director Citibank ini juga dinobatkan sebagai People of The Year tahun 2013, versi Koran Sindo. Penghargaan lainnya yang diperoleh yakni, Marketeers of The Year tahun 2013. Penghargaan yang diberikan oleh MarkPlus, inc, yang dinilai langsung oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Namun yang terutama membuat orang terkesima pada mantan dirut PT KAI itu adalah kepemimpinannya yang bertajuk “ Lead by Example” Beliau dalam usahanya merubah corporate culture di BUMN yang dipimpinnya, lebih banyak memberi teladan langsung katimbang melakukan training, upgrading atau pidato. Bersama jajaran direksinya, beliau sering ke turun lapangan memberi contoh pada sikap dan cara kerja yang bersifat melayani dan berdaya saing. Dan kiat ini memang cocok dengan karakter bangsa Indonesia yang bercorak paternalistik. Apa saja yang dikatakan dan dilakukan pemimpin, raja, kepala suku akan dikuti dan ditiru. Asal pemimpin bijaksana dan perduli, pasti ia akan menjadi role model bagi masyarakatnya. Maraknya prilaku mEnyimpang dan asocial sekarang ini tak lepas dari prilaku moral hazard para pemimpin yang dipercaya rakyat. Contoh terkini adalah prilaku para wakil rakyat kita di Senayan yang saling berebut kursi sembari membanting meja dan gelas. Apakah hal itu patut dipertontonkan ke publik? Apakah tidak akan memberi dampak social yang buruk dan pendidikan politik yang kacau bagi masyarakat?

Ignatius Jonan bukan saja menerapkan prinsip ‘ ing ngarso sung tulodo’ seperti yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, tapi juga menerapkan reward and punishment. Semua lini usaha terintegrasi dalam satu komando yang ditaati. Yang tidak mampu dan mau mengikuti irama kerja dan managemen ala Ignatius, dimutasi agar tidak mengganggu misi yang telah ditetapkan guna menggapai visi besarnya. Renstra dan roadmap ditetapkan dengan jelas sehingga menjadi guidance yang mengarahkan dan mencerahkan. Semua berada dalan visi dan frekwensi kerja yang sama secara harmonis dan koheren. Sehingga secara otomatis melahirkan para agent of change yang baru yang akan terus melanjutkan prestasi seorang Ignatius Jonan serta membuat PT KAI tetap dalam kondisi ‘ Sustainable Development’ Semoga!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar