Rabu, 12 Februari 2014

USMAN HARUN, CORBY DAN PRABOWO SUBIANTO

USMAN HARUN, CORBY DAN PRABOWO SUBIANTO

Sebuah kapal perang Indonesia yang dibeli dari Inggeris jenis fregat akan diberi nama Pahlawan Nasional Usman Harun. Hal ini sontak menimbulkan protes dan keprihatinan pemerintah Singapore yang dulu mengeksekusi mati kedua anggota Korps Komando Operasi Angkatan Laut itu di tahun 1968, karena telah melakukan infiltrasi dan mengebom Hotel Mc Donald Singapore yang menimbulkan korban meninggal 3 dan luka berat 33 orang. Mungkin dianggap akan menggarami luka lama dan trauma para keluarga korban.

Terlepas dari siapa yang salah di waktu itu, ketika kedua negara terlibat konfrontasi, mestinya kita juga mau peka dalam mendengar aspirasi negara tetangga, lalu melakukan komunikasi yang intens untuk menjelaskan duduk masalahnya. Karena betapapun banyak masalah yang telah muncul sebelumnya yang konon banyak merugikan negara kita, sejatinya kita telah terikat perjanjian persahabatan dengan semua negara Asean dalam “ Area of Goodwill, of friendship and cooperation,” apalagi tahun depan akan terjadi “ Masyarakat Ekonomi Asean. Kita harus menjelaskan bahwa pemberian nama bagi kapal perang dengan nama pahlawan adalah bagian dari tradisi TNI kita, khususnya Angkatan Laut. Mungkin hal ini juga sudah menjadi tradisi di banyak negara di dunia, Amerika Serikat saja baru-baru ini memberi nama kapal induknya yang paling canggih dengan nama pahlawan mereka, “ Regent”.

Perang undeclared yang dilakukan Soekarno dulu justru adalah sebuah manifestasi dari cita-citanya untuk melindungi dan mempersatukan negara-negara Asia Afrika, atau “ New Emerging Force” dari ronrongan negara-negara “ Old Establhised Force” Pemboman oleh Usman dan Harun adalah bagian dari semangat penentangan Soekarno terhadap usaha kaum imperialis untuk membentuk Ferderasi Malaysia dan hukuman mati itu adalah bagian dari semangat penentangan dari Malaysia Raya yang diback up oleh Kerajaan Inggeris terhadap pemerintahan Soekarno yang menolak dan menentang masuknya Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam ke dalam Persekutuan Tanah Melayu , yang dianggap soekarno sebagai proyek nekolim.

Jadi yang dibom oleh Usman dan Harun bukan Republik Singapore an sich yang sekarang telah berdiri sendiri, lepas dari scenario federasi Malayasia Raya oleh Inggris dan Australia, tapi semangat dan simbol new kolonialisme dan Imperialisme yang diteorikan dan ditentang mati-matian oleh Soekarno dulu. Seandainya Soekarno masih berkuasa, tak akan pernah ada pembelian kapal perang dari Inggeris oleh Indonesia, apalagi akan memberikan nama Usman Harun kepadanya.

Dan seandainya juga Soekarno masih presiden, mana mungkin ada pemberian pembebasan bersyarat ( PB) kepada seorang pesakitan pengedar dan penyelundup narkoba dari negara seperti Autralia, Schapelle Leigh Corby, apalagi akan memberikannya grasi lima tahun sebagai hak prerogative presiden. Australia di jaman dwikora juga mengirin pasukan ke Kalimantan Utara bersama tentara Inggris, Special Air Service atau Ghurka membantu tentara diraja Malaysia menghadapi TNI ( KKO, PGT, RPKAD) yang bergerilya di sana. Sebabnya Corby juga pasti dianggap sebagai perusak program mulia bung Karno, “ Nation and Character Building” Narkoba nyata-nyata telah menghancurkan dan merusak kehidupan dan masa depan banyak generasi muda. Sekarang ini sudah ada empat jutaan pengguna narkoba dengan kematian rata-rata lima puluh orang per hari.

Lebih jauh lagi, seorang pemimpin berkatakter seperti Soekarno, tak sejengkal pun akan memberi konsesi kepada asing yang dinilainya akan memporak porandakan ekonomi dan kebudayaan nasional. Di jamannya semua perusahaan asing di nasionalisasi, lalu membuat program benteng berupa pembelaan dan dukungan kepada pengusaha nasional. Bahkan telah mengeluarkan Undang-undang Pokok Agraria ( UUPA) yang punya semangat redisribusi tanah bagi kaum papa dan petani miskin ( marhaen). Dengan semangat “Trisakti” ( mandiri secara politik, berdikari secara ekonomi dan berpribadi dalam kebudayaan ), beliau membentak musuh-musuhnya, “ Go To Hell With Your Aids”, sembari mencambuk dan memotivasi generasi muda untuk mengejar cita-cita setinggi langit, “ Hang your ideal among the stars”

Bandingkangkanlah dengan keadaan sekarang, dimana hampir 1000 triliun rupiah uang negara raib dan bocor setiap tahun, seperti yang dikatakan oleh Prabowo Subianto dalam sebuah talk show. Menurut beliau lagi bahwa bansos untuk desa saja yang dari pusat mestinya 75 juta, sampai di desa tinggal lima juta. Katanya semua itu terjadi karena tidak adanya kepemimpinan dan manajemen negara yang baik dan bisa diandalkan. Terutama telah terkikisnya semangat kebersamaan dan kekeluargaan ( UUD 45 khususnya pasal 33 ), nasionalisme serta jiwa Pancasila. Wallahu ‘alam bisawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar