Sabtu, 08 Agustus 2015

EL NINO


Kau dengarkah jeritan sendu menyeruak dari pori-pori hidup yang terjepit
Ribuan nestafa tumbuh di tanah-tanah kering Tanah Mandar
Berlaksa-laksa rerimbun duka terinjak bak rumputan
Oleh kaki musim yang dingin dan melarikan hujan
Kematian adalah penunggu kemarau ini

Tapi para pemimpin dengan mulut berbusa-busa
Menina bobo’kan derita yang telah sampai di ubun-ubun
Katanya, pacul, bajak dan traktor masih menderu di desa-desa
Air juga akan datang dari pancuran ajaib yang telah di siapkan
Padi, jagung dan kedelai akan segera di bawa kereta-kereta ke kota

Sedangkan di laut, tak setitik cahaya mengufuk di ujung pelayaran
Walau puluhan dayung patah di alur melambar
Ikan-ikan berlarian dari wajah-wajah nelayan yang kusut
Karena tak tahu lagi merapal dan mendaraskan doa-doa
Dan mantra warisan leluhur

Kini para istri dan anak-anak melanglang di pasar-pasar
Menawarkan hampa dan celoteh tentang mimpi-mimpi
Yang diguyur dan digusur hujan dan badai celaka
Di kursi-kursi goyang para tetua sibuk mencabuti
Rambut, kumis dan jenggot yang berputihan

Ada mimpi tentang dunia baru yang riuh, mudah dan menggiurkan
Ada tarian perang dengan pedang lidi dan gerak mati
Pantomim yang meniru langkah lunglai para muda dan remaja
Snada alegori pattu’du yang kehilangan panggung dan kebagian punggung
Para penonton yang bosan dan pergi mencari ikan buntal di laut

Ketika para tokoh telah serupa penjaga toko kelontong
para mara’dia hanya bisanya marah-marah
dan para puang sibuk mencari uang
anak-anak, murid dan para siswa
jadi kepenak dengan yang enak-enak

El nino akan datang membakar segala harapan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar