Kamis, 13 Oktober 2016

MUSIK MANDAR YANG BISU

Di Mandar ada alat musik percusi tradsional nan unik, yang bisa mengeluarkan nada dan irama, alat musik itu bernama Gonggaq Lima. Ia berbeda dengan alat musik perkusi kennong dan gong di Jawa atau kolintang di Minahasa, yang pembuatannya sudah mengalami proses rekayasa yang cukup rumit. Ketiga alat musik perkusi itu berbunyi dengan jalan digetok, atau dihantam. Ia juga tak sama dengan piano yang juga sejatinya alat musik perkusi, dimana bunyi didapat dengan menekan atau mengetik tuts-tutsnya. Piano adalah alat musik yang sudah sangat technologised banget kendati karakternya akustik. Pengolahan bahan kayunya saja membutuhkan waktu kira-kira dua tahun untuk mengeluarkan unsur airnya agar siap untuk menjadi piranti resonansi pada piano. Pokoknya piano lahir dari rahim budaya industri- modern awal, di abad 18.Piano yang cikal-bakal keybord itu adalah pelanjut tradisi musik orgel gerejawi yang menggunakan pipa udara.

Sedang goggaq lima yang sepintas lalu mirip garpu tala, hanya terbuat dari sepotong bambu yang sebagian diantaranya dibelah dua, sehingga menyerupai garpu tala. Di pangkalnya terdapat lubang yang dengan membuka dan menutupnya akan mengubah bunyinya jika dipukul-pukulkan, biasanya pada pangkal telapak tangan. Demikian deskripsinya di dalam Kamus Musik Indonesia karangan M. Soeharto. Hanya saja dalam kamus tersebut, tidak memberi penjelasan atau keterangan tentang untuk apa dan pada saat apa goggaq lima dibunyikan beserta fungsinya.

Bandingkan dengan deskripsi alat musik dari daerah lain yang lebih imformatif sifatnya. Kentong atau kentongan misalnya yang juga adalah alat musik sederhana tapi unik. Terbuat dari bambu atau kayu. Yang kecil dibuat dari seruas bambu yang diberi garis lubang di satu sisinya. Yang besar dibuat dari kayu, garis tengahnya bisa mencapai satu meter. Di daerah tertentu ia menjadi sarana komunikasi bagi warga dalam aneka bentuk, disamping sebagai alat musik. Bahkan pada seni ketorak di Yogyakarta, alat ini memberi suasana khas pada suatu pagelaran.

Satu lagi tentang ‘ Keloko’, alat bunyi2an dari Flores Timur yang memamfaatkan kulit kerang. Dikatakan bahwa bahwa ada sebuah lubang yang sengaja dibuat di ujungnya yang bila ditiup akan mengkahsilkan suara khas, seperti bunyi horn dalam orkes simpfoni. Keloko digunakan sebagai isyarat untuk sesama teman dalam perjalanan di gunung-gunung, atau di waktu perang di masa lalu. Para nelayan menggunakannya untuk memanggil angin bagi perahu layarnya.

Tidak semua memang alat musik dan segala yang terkait dengannya dijelaskan secara jelas apalagi rinci dalam kamus tersebut. Banyak juga piranti musik yang digambarkan apa adanya, sekedar memaparkan eksistensinya bukan esensinya. Tapi terkait dengan kebutuhan pengembangan daerah, pariwista dan musikitu sendiri, cara pasif itu harus dirubah, ubtuk lebih memberi deskripsi atau penjelasan yang lebih luas dan memadai. Repotnya, hingga kini hal itu belum banyak dilakukan. Tentang musik Mandar pun saya belum menemui media yang telah membunyikan musik atau alat musik Mandar lebih kencang. Bahkan penampilan gonggaq lima yang saya liha di Youtube pun terkesan tak berbicara dan bisu. Ada komunikasi rasa memang, tapi tak menyentuh kognitif atau aspek curiositi khalayak. Tak ada aspek promotif di sana. Bahkan kehilangan unsus eksotisnya yang urung membuat orang tersentuh dan tergerak ke Mandar.

Dengan mengetahui fungsi sebuah alat musik di daerah tertentu, maka orang bisa memperkirakan nilai atau arti alat musik di sana. Tentu saja tentang makna-makna esoterisnya, hanya orang dari etnis bersangkutan yang mengetahuinya secara persis, terutama oleh pelaku seni itu sendiri. Memang rata-rata musik atau seni tradisi sangat bersifat eksistensial, dalam arti pemahaman mereka dalam mencipta atau melakoni musik sudah menyatu dengan segenap jiwa dan raganya. Seni bagi mereka adalah menyatu dengan kedirian mereka, sehingga pemahaman mendahului penafsiran yang mungkin. Repotnya banyak seniman tradisional yang enggan menuturkan apa makna kerja mereka.

Tapi paling tidak kita bisa memasuki suatu budaya tradisional dengan memahami fungsinya di dunia objective, ketika sebuah karya telah diekternalisasi. Kita lantas akan mereka-reka sekalian dunia penghayatan sang seniman. Imformasi luaran dari satu sistem musik di daerah akan berguna menarik minat orang dari luar atau dalam negri sendiri, bahkan warga lokal untuk mengetahui lebih jauh tentang apa dan bagaimananya masyarakat daerah tersebut serta selak-beluk budayanya yang lebih khas dan mendalam. Itulah arti penting dari membunyikan alat musik itu sendiri, menjadi terompet bagi dirinya. Dengan kata lain ‘ Biarkan gonggaq lima memukul dirinya sendiri lebih kencang”.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar