Kamis, 15 Agustus 2013

ILHAM

Bagi seniman, sastrawan, pelukis, musisi, atau siapa saja yang bekerja di dunia cipta-mencipta, karang-mengarang pasti pernah tersiksa oleh suasana hati yang beku, kosong dan ngambang akibat kehilangan " Ilham". Pernah seorang rekan di TIM ( Taman Ismail Marzuki ) sangat uring-uringan atau pusing karna tak juga memperoleh ilham, padahal pekerjaan seninya telah hampir memasuki deadline. Untung saja di saat-saat kritis itu ia tak henti berusaha dan segera mendapatkan ilham untuk menuntakan tugasnya.

Ilustrasi tsb di atas adalah suatu bukti bahwa ilham hanya bisa diperoleh dengan suatu usaha yang sungguh dan kesiap-siagaan diri untuk menyambutnya. Andaikan ia menunggu ilham itu dengan duduk-duduk anteng sambil ngopi dan mengobrol, sampai botak ia takkan mendapatkannya.

Ilham datang sebagai anugrah Tuhan. Sejenis pencerahan yang tiba-tiba datang pada kita sehubungan dengan suatu fenomena yang kita amati dan alami. Fenomena dapat berupa apa saja : bekerjanya alam semesta yang menakjubkan. sekuntum bunga mekar di pagi hari, bersinarnya bulan di angkasa, sekelumit berita di surat kabar atau sebuah status menarik di face book. Kesemua itu bisa menjadi entry point bagi datangnya ilham yang memungkinkan kita merangkai sebuah puisi yang indah, musik yang menawan, dll.

Contoh yang hampir sempurna diberikan oleh Decartes ketika tengah asyik mengamati alam. Sebuah apel tiba-tiba jatuh di dekatnya dan membuat ia berpikir ; mengapa benda selalu jatuh ke bawah, bukannya ke atas. Dari proses batin itulah ia memperoleh ilham untuk merumuskan Hukum Gravitasinya. Begitupun sewaktu ia duduk di depan perapian pada tanggal 10 November 1619, tiba-tiba memperoleh ilham yang diwujudkan dalam pernyataan yang terkenal " Cogito Ergo Sum ". Pencerahan ini menuju pada perkembangan falsafati yang mendasari sebagian besar ilmu pengetahuan barat.

Kita semua mempunyai pengalaman yang serupa. Kita dapat melewati pemandangan yang sama dari hari ke hari selama beberapa minggu atau bulan tanpa memperhatikan pemandangan tersebut. Lalu pada suatu hari tiba-tiba kita melihat arti lain di dalamnya. Dalam kasus Descartes, suatu ilham yang mendadak telah mengubah seluruh konsepnya tentang hidup. Tiba-tiba seberkas cahaya Ilahiyah bersinar pada apa yang sebelumnya merupakan dunia yang bercadar kegelapan , dan sebuah kawasan spritual baru terbentang di depan.

Tapi sekali lagi harus dikatakan, bahwa ilham yang tiba-tiba itu tidak akan datang pada Decartes jika ia tidak mempersiapkan diri sebelumnya secara sungguh-sungguh sehingga cahaya kebenaran itu datang. Ilham datang dengan kekuatan kita sendiri disamping anugrah Tuhan lewat ketekunan mempelajari dan mengamati alam dan kehidupan. Sesudah kita mempersiapkan diri untuk menerima kebenaran, kebenaran itu dapat mengungkapkan diri dalam benda atau pengalaman sehari-hari yang paling sederhanapun. Kemudian kebenaran itu akan menyebar ke seluruh hidup kita, dan memungkinkan kita berperan serta dengan penuh daya cipta di seluruh hidup dan lingkungan kita. Prinsip adalah, tetap buka mata, buka hati dan buka telinga dimana dan kapanpun kita berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar