Kamis, 03 Oktober 2013

GOLDEN AGE


Masa golden age anak-anak adalah antara usia nol sampai lima tahun. Di tahun-tahun keemasan itulah sifat dan karakter anak terbentuk yang dikemudian hari akan sangat menentukan prilaku dan kepribadiannya. Pola asuh, asih dan asah anak di masa ini harus bisa menimbulkan tiga prasarat dasar bagi kehidupan anak manusia selanjutnya, yakni; rasa aman, rasa berharga, dan rasa berdaya guna. Khusus rasa berdaya guna, itu terbentuk pada usia 8 - 12 tahun.

Jika anak di masa golden age tidak mendapat rasa aman dan perhatian serta elusan kasih sayang bunda, maka di periode-periode sesudahnya, apakah di sekolah menengah, universitas, atau dilingkungan kerja, seseorang akan menjadi sangat mudah curiga dan meragukan segala hal. Penuh komplain, cengeng dan labil. Banyak menuntut yang bisa merepotkan semua orang dirinya sendiri, dan cenderung menjaga jarak atau selalu memperlihatkan sifat bermusuhan. Dan banyak lagi dampak negatif yang disebebkan oleh hilangnya rasa aman di masa golden age.

Rasa berharga yang tiada atau kurang di masa-masa menentukan itu akan membuat seseorang kelak menjadi suka minder, rendah diri, kurang pd dan cenderung akan menjadi lemah yang berakibat mudahnya ia jadi bulan2an teman, di ejek, di sepelekan, dan dibulying atau jadi korban kekerasan fisik atau mental. Itu karena ia telah kehilangan harga diri, dan rasa bermartabat akibat perlakuan orang tuanya yang tak pernah mengindahkan ego positif sang anak. Orang-orang tua di Mandar dulu mengajarkan agar jangan suka menghukum anak dengan kekerasan apalagi menamparnya, itu akan berakibat hilangnya harga dirinya kelak, karena telah terbiasa dikasari dan dikerasi. Orang tua tidak harus memanjakan anak, tapi beri ia ketegasan berupa rules atau aturan-aturan yang disepakti bersama. Dan terutama harus memberi keteladanan dalam kebijakan. Misalnya, jangan menyuruh anak suka saling memaafkan jika kita sendiri tak suka memberi maaf dan meminta meaaf atas kekeliruan dan kesalahan kita.

Yang terakhir, rasa berdaya guna terbentuk di usia 8 sampai 12 tahun. Jika anak pada masa itu tak sering diberi tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan passionnya, maka kelak ia akan menjadi anak yang kurang inisiatif, selalu menungguh disuruh dan selalu meminta petunjuk. Dengan kata lain ia takkan menjadi manusia yang berjiwa pelopor atau pemimpin. Akibatnya rasa ketergantungannya tinggi, tak berani memulai sesuatu, selalu takut-takut ; takut gagal, takut dikritik, takut berbuat salah, dll.

Dengan memahami ketiga prasarat pembentukan perilaku manusia itu, mudah-mudahan kita bisa menjadi orang tua yang efektif dan afektif dimana anak kan bertumbuh kembang dengan wajar dan sehat. Untuk itu kita perlu banyak belajar dan belajar. Cara-cara untuk memberi rasa aman, berharga, dan berdaya guna pada anak sekarang banyak dan veriatif sekali, dan juga tidak akan jadi sekali praktek, ia butuh proses, melalui trial and error, jatuh-bangun.

Sebelum segalanya terlambat, ayo sejak dini kita menjadi orang tua yang melayani dan peduli serta mengindahkan anak. Harus mencul kesadaran bahwa tak ada yang bisa menggantikan sosok dan peran orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak. Kakek, nenek. ibu pengasuh, baby sitter, pembantu, sekolah, teman, selebriti, bahkan guru dan para pemimpin masyarakat, hanyalah berfungsi komplementer. Susu, asupan, dan materi hanya akan menyentuh aspek kesehatan dan materi anak, tapi belaian kasih sayang dan elusan seorang ibu, adalah darah dan jiwa anak manusia, d manapun, kapanpun dan siapapun dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar