Selasa, 24 Desember 2013

IBU SEBAGAI MATAHARI

Ibu bagi manusia adalah matahari yang bersinar di langit senja. Tak lagi melingkupi paginya dengan kelembutan cahaya yang segar dan berseri, tak lagi mendera dengan sinar yang kadang panas membakar dengan segala energinya yang memicu dan mendidik kehidupan. Kini ibu telah diambang batas cakrawala kehidupan dengan keteduhan yang mempesona dan memberi sejuta cinta dan inspirasi. Siapa yang bisa mengabaikan peranan dan pengaruhnya, bahkan setelah teggelam ke bawah ufuk kehidupan?
Ibarat matahari yang walau tak lagi eksis secara bulat, namun akan tetap tetap memancarkan dispraksi cahayanya yang menjadi acuan kita untuk menatap kasih sayang yang takkan pernah sudah selama hidup. Bahkan ketika kegelapan nyaris sempurna melingkupi alam, Ibu akan menjelma rembulan sebagai pantulan kasihnya yang ada sejak era mentari. Yang mengabaikan asas itu juga akan melihat Ibu dalam fisik dan psikisnya kendati bersembunyi d lubang paling dalam. Ibu adalah kita dan kita adalah Ibu, diluar dan di dalam. Itu makanya makanya Rasulullah mengatakan sampai tiga kali untuk mencintai Ummi lebih dari segala objek cinta yang ada.
“ Segala yang telah ada pada diriku atau kuharapkan terjadi pada diriku merupakan hutangku pada malaikatku, Ibu.” Begitu persembahan Abraham Lincolin pada ibunya, presiden terbesar Negara adidaya Amerika Serikat. Lalu apa yang dikatakan penemu terbesar sepanjang masa, Thomas Alfa Edison tentang ibunya? Katanya, “ Ibulah yang membentuk diri saya, beliau begitu tulus, begitu yakin tentang diri saya; dan saya merasa punya sesuatu untuk dijalani dalam hidup ini; seseorang yang tak boleh saya kecewakan.” Ingatlah, hanya sebagian kecil orang di dunia atau mungkin tak ada, yang bisa sukses tanpa pengorbanan seorang ibu, tanpa didikan dan asuhan ibu. Sejak awal jaman, ibu adalah pahlawan tak dikenal yang berdiri di belakang setiap sukses manusia. Cinta dan dukungan tulus seorang ibu walau ketika seluruh dunia tampak menentang, adalah cahaya dan energy gaib yang membuat seseorang terus maju merangsek tak perduli setinggi apapun halang rintang yang berdiri, dengan keyakinan pada back up dan doa ibu seorang pada akhirnya dapat menggapai pantai harapannya

Di bumi tak ada cinta yang melebihi cinta seorang ibu terhadap produk rahim dan mimpinya. Sakit yang dialami ibu ketika melahirkan menjadi tak berarti bila dibandingkan dengan pengorbanan, kepedihan, penderitaan, yang dialami seorang ibu dalam memberi kenyamanan, kemajuan, dan kelangsungan hidup buah hati dan belahan jiwanya. Apakah yang telah kita berikan pada ibu? Apakah kita telah membuatnya tambah berkeriput atau tambah membuat rambutnya jadi kelabu? Masya Allah, ibu tak mengharap anda memberinya dunia, karena dunia telah cukup baginya dengan kehadiran dan kebahagian anda. Tapi jangan pernah sekalipun menyakiti hatinya dengan menghardik atau tak menghormatinya sesuai dengan perannya yang luarbiasa bagi keberadaan anda. Untuk berbakti kepada beliau, tak usah menunggu saat anda mendapat rezeki cukup untuk menghajikan ibu, tapi setiap usai shalat subuh, bila anda mencium tangannya, maka itulah kebahagian yang tak tergantikan dari seorang ibu dari anaknya.

Bahkan setelah ibu meninggalkan dunia fana inipun, kita tetap tak pernah terlambat untuk membalas budi maha besar yang telah diberikannya kepada kita. Ibu berkorban bukan bagi dirinya sendiri, melainkan untuk membantu terciptanya suatu kehidupan, bak mentari yang menumbuhkan mawar dengan sentuhan lembutnya. Dan tugas bagi kita semua adalah meneruskan cita-cita dan tugas yang telah ditinggalkannya. Marilah kita mengakui tentang hutang besar kita kepada ibu dengan menjadi orang yang sesuai dengan harapannya.
Seorang Mandar, bahkan ketika ibunya telah meninggalkannya akan selalu teringat ibu, selalu merasa dan berharap semua tingkah lakunya di dunia diketahui dan diawasi oleh ibunya, sebagaimana yang terdapat di kalindaqdaq ini, “ Kindoq pipattoqmoqo / di waona kuqburmu /na muitai / repoq mu pipondoqi. ( Bunda menjenguklah / dari atas pusaramu / bunda akan lihat / anak yang bunda tinggalkan ).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar