Jumat, 28 Maret 2014

JANJI DAN ANGIN SORGA

JANJI DAN ANGIN SORGA

Jangankan janji-janji atau angin sorga para politisi ; calon pejabat, caleg dan capres, sumpah jabatan saja yang telah diucapkan dibawah kitab suci ( Qur’an, injil, dll ) banyak yang dilanggar. Pejabat publik yang sekarang banyak mendekam di hotel prodeo dan yang masih diadili adalah para pelanggar janji kampanye dan sumpah jabatan di masa lalu. Secara tidak langsung mereka adalah murid-murid atau pengikut Machiavelli yang berprinsip “ memenuhi janji adalah keharusan masa lalu, melanggar janji adalah keharusan masa kini.”

Tuhan saja banyak membuat janji, misalnya janji sorga bagi yang beriman dan beribadah dengan istiqomah, kita semua meyakini akan kebenaran ditepatinya janji Tuhan, karena kita adalah pemeluk teguh. Tapi pada janji yang dibuat manusia, tingkat keyakinan kita tergantung pada banyak hal, siapa yang berjanji, apa yang dijanjikan dan bagaimana ia berjanji. Di masa kampanye ini, jika yang berjanji adalah orang yang punya track record baik, berkarakter, punya integritas, dan punya reputasi cemerlang, maka kita cenderung akan percaya dan sangat berpengharapan terhadapnya. Para pemimpin besar seperti Nabi Muhammad, Nabi Isa, Sidarta Gautama, Kong Hucu, Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, atau Nelson Mandela adalah pejanji-pejanji yang terpercaya dan tak meragukan sediktpun. Mengapa mereka bisa mendapat kepercayaan begitu rupa dan tanpa reserve dari para pengikut dan ummatnya?

Pertama sekali, karena mereka dikenal baik dan jujur serta punya karakter. Mereka tidak sombong dan diskriminatif, tidak menjaga jarak dengan rakyatnya serta adil, mereka menyatu dengan jiwa masyarakat dan jamannya, mereka berani, setia dan banyak lagi kualitas pribadi mereka yang membuat mereka bisa melambung menjadi pemimpin besar yang ditaati dan dihormati. Mereka punya “ healthy relationship” dengan audiencenya. Dalam berjanji mereka selalu cenderung memberi ( promise giving ) harapan dan kekuatant yang membakar semangat dan jiwa pengikutnya. Mereka tulus dan ikhlas tak mengharap kemegahan dan kejayaan pribadi, mereka bukan pembual yang berjanji untuk mendapatkan sesuatu atau keuntungan pribadi dari massanya ( promises getting ). Cinta mereka kepada rakyat adalah unconditional love atau unconditional promises.

Apa yang mereka janjikan tidak muluk-muluk atau utopis, realistis dan masuk akal, bukan angin sorga. Mereka dalam berjanji tahu persis akan kemampuan dan kekuatan diri sendiri. Rasulullah dalam masalah pertanian tidak berani sok tahu apalagi sok berjanji. Dalam banyak masalah dunia beliau berkata “ Antum ‘alamu bi umuri dunyakum”( kau lebih tahu tentang urusan duniamu ). Nabi Isa hanya mengobati orang buta, kusta, dan menghidupkan orang mati, tidak mencoba menghimpun kekuatan untuk melawan penguasa Romawi di Yerusalem yang selalu menzalimi dan mengejar-ngejarnya. Nelson Mandela hanya berkutat pada masalah perdamaian, rekonsiliasi dan pembinaan persatuan bangsanya, tidak mengurusi masalah HIV/AIDS yang begitu mewabah di negaranya, di Afrika Selatan hampir 15 persen penduduknya adalah ODHA. Dan jika para pemimpin besar sekalipun mencoba untuk melakukan sesuatu yang mustahil dan dianggap utopis di masanya, maka ia akan celaka. Mahatma Gandhi yang mencoba menyatukan kaum Muslim dan Hindu, malah ditembak oleh seorang pengikutnya, penganut Hindu fanatik yang tak setuju dengan program toleransi dan persatuan itu. Terbukti memang Islam dan Hindu susah untuk disatukan, sehingga terbentuklah negara Pakistan bagi Muslim sebagai pecahan dari India Raya yang mayoritas dihuni kaum Hindu.

Sidney Newton Bremer mengatakan tentang Lincoln “ Saya bahkan tak ingat apakah ada sesuatu yang berharga dari ucapan para juru kampanye yang mengawali pemilihan presiden di Amerika. Namun sedikit saja kata-kata yang diucpkan Lincoln, telah menyentuh kemanusiaan untuk selamanya.” Tapi lincoln yang mencoba menghapus sisitem perbudakan dan mengalahkan Amerika Serikat bagian selatan yang menentang cita-citanya yang mulia itu, telah ditembak mati oleh John Wilkes Boot yang ingin kembali mengobarkan perang sipil dengan kematian Lincoln demi kemenangan union ( selatan ) atas konfederasi ( utara ).

Jadi para caleg dan capres yang janjinya muluk-muluk dan utopis alias hanya memberi angin sorga, juga akan menghadapi masalah kemungkinan gagal. Caleg yang berjanji akan membuat jalan, jembatan dan membangun banyak Majid dan Mushalla, tak akan mangkus dan sangkil , justru karena tugas mereka nanti bukan untuk hal-hal kongkrit begitu, mereka nantinya akan banyak bermain diwilayah abstrak ; nilai-nilai, hukum dan rekomendasi-rekomendasi, atau control verbal atas kekuasaan. Mereka akan lebih banyak bicara atau berdebat dan berdiskusi untuk menerima atau menolak sebuiah hukum, kebijakan atau program dari mereka sendiri atau pemerintah. Jika kelak setelah mereka terpilih menjadi anggota dewan, mereka mau benar-benar membangun jalan atau infrastruktur lainnya, tarulah jalan kampung, lantas darimana uangnya, bisa-bsa korupsi lagi. Memangnya membuat jalan itu murah dan akan leluasa tanpa intervensi pemda atau dinas PU. Paling-paling hanya sanggup membuat jalan yang panjangnya satu meter., atau menambal jalan yang bolong-bolong dan rusak di wilayahnya. Mampukan Desy Ratnasari memenuhi janjinya untuk menaikkan haji pendukungnya yang jumlahnya ribuan jika terpilih nanti? Rasanya mustahil akh.

Kemungkinan sebuah janji bisa dipenuhi para caleg dan menjadi kenyataan bisa dideteksi dari bagaimana ia berjanji. Betapa kesungguhan atau keseriusannya. Tapi hal ini bisa direkayasa juga. Tinggal bagaimana kemampuan dia dalam berakting, public speaking, daya persuasi , dan akurasi data yang disodorkan dalam pidato dan orasinya. Yang terpenting adalah menilai intention atau niatnya, tapi apakah niatnya tulus dan lillahi taala untuk kebaikan bersama atau tidak, akhirnya sangat tergantung pada track record dan healthy relationship dengan masyarakatnya seperti yang telah disebut di atas. Rasulullah yang sejak muda terkenal jujur dan amanah serta membumi ( berdakwah atau kampanye kemana-mana hanya naik onta atau kuda, bukan naik pesawat terbang ) maka niat dan tindakannya untuk membawa bangsa Arab menuju kebaikan dan keselamatan, ber-Iman dan ber-Islam, dipercaya, didengar dan ditaati ( sami’na wa atha’na ). Wallahu ‘alam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar