Jumat, 18 April 2014

ALKOHOL SANG PEMBUNUH ITU

Seorang intelektual Papua, Jermias Degei menulis di Majalah Selangkah, situs tentang Papua, “Alkohol sangat membunuh tradisi dan nyawa masyarakat asli seperti yang terjadi di Papua, Aborigin dan suku-suku asli lain di dunia. Dalam situasi seperti itu, saat ini orang Papua harus sadar bahwa kita sedang mengalami transisi budaya, degradasi kepemimpinan dan moral. Dalam beberapa tahun ke belakang ini, bisa jadi kita tidak akan mempunyai tetua adat lagi dengan warisan kebudayaan, ilmu pengetahuan mengenai upacara-upacara dan otoritas suku di belakang mereka. Lagi pula saat ini, tentu ada yang sudah dimakan usia bahkan ada yang telah meninggal.” Apa yang disinyalir oleh Jermias Degei tak bisa dipungkiri kebenarannya, dan telah beroleh gaungnya dari rangkaian peristiwa yang terjadi di kepulauan Andaman, India.

Six aboriginal tribespeople in India's eastern Andamans archipelago have died after mistaking a toxic chemical that washed on to their shore for alcohol. Fifteen more Onge tribespeople, who number only about 100, have also fallen sick after drinking the chemical.

Itulah berita yang dilangsir oleh BBC London belum lama ini. Memang suku-suku asli kepulauan Andaman telah lama mengalami kematian demi kematian karena kesukaan mereka menenggak minuman keras, dan kini jumlah populasi mereka nyaris punah karenanya. Kini dengan kematian enam suku Onge itu, ditambah dengan dengan yang jatuh sakit, maka dalam waktu yang tidak lama lagi kita akan menyaksikan lagi punahnya sebuah kehidupan, budaya dan keunikan dari muka bumi. Bahkan sebagai rangkaian berantai dari kebiasaan meminum alcohol yang bisa melenyapkan sebuah kebudayaan, telah disimbolkan oleh berita meninggalnya ‘The true last woman standing’ dari sebuah bahasa suku di kepulauan Andaman yang juga gemar minum minuman keras. Baru-baru ini seorang penutur terakhir bahasa kuno “ Bo” telah dikabarkan meninggal dunia oleh BBC : “ The last speaker of an ancient language in India's Andaman Islands has died at the age of about 85, a leading linguist has told the BBC. The death of the woman, Boa Senior, was highly significant because one of the world's oldest languages, Bo, had come to an end, Professor Anvita Abbi said. She said that India had lost an irreplaceable part of its heritage. Languages in the Andamans are thought to originate from Africa. Some may be up to 70,000 years old. The islands are often called an "anthropologist's dream" and are one of the most linguistically diverse areas of the world.”

Saya sendiri melihat betapa minuman keras telah membuat jiwa dan mental saudara-saudara kita di Papua sangat rentan dan lemah. Beberapa pekerja di Base Camp PT. Freeport di Timika sering saya lihat tergeletak mabuk pada saat setelah mereka telah menerima upah kerja. Mereka orang-orang Komoro, suku Moni atau yang lain, konon akan menghabiskan semua upah mereka selama sebulan untuk membeli minuman keras lalu bermabuk-mabukan dalam sehari semalam. Hal ini terjadi di tahun 1994 ketika saya bekerja di Hotel Sheraton Timika. Namun orang-orang Papua dewasa ini telah menyadari akan bahayanya effek dan pengaruh minuman keras dan telah mencoba mengambil langkah-langkah mendasar untuk memerangi penyakit alkoholik yang merusak dan mematikan itu. Di Papua selalu ada saja yang mati karna pengaruh alcohol, banyak yang hilang akal dan kepribadian lalu menjadi orang-orang yang kejam, nekat dan menjadi penipu, pencuri atau pembunuh dan dibunuh karena minuman keras.

Kesadaran warga Papua melihat realitas dirinya yang terancam oleh kebiasaan minum minuman keras, agaknya tak diikuti oleh daerah lain yang menganggap masalah minuman keras tak seberapa penting dibanding dengan masalah korupsi atau narkoba. Padahal menurut data yang valid, jumlah kematian yang diakibatkan oleh perilaku mabuk-mabukan sebesar 16.000 ribu nyawa pertahun lebih besar daripada kematian yang diakibatkan oleh narkoba yang 15.000 ribu pertahun. Pada tingkat dunia menurut laporan World Health Organisation ( WHO), Kematian yang diakibatkan oleh minuman keras pertahun adalah 350.000 jiwa. Yang membuat miris adalah apa yang telah disampaikan oleh eorang sumber terpercaya bahwa 9 perda pelarangan peredaran dan konsumsi minuman keras telah dibatalkan oleh mendagri. Saat ini status keberadaan minuman keras masih dilegalkan di hampir semua daerah, kecuali mungkin di Aceh. Barangkali karena jumlah pajak minuman keras memang tinggi atau karena produksinya dibecking oleh aparat tertentu.

Kematian yang banyak menimpa anak muda di berbagai daerah karena mengoplos minuman keras sepertinya belum menghentak kesadaran kita. Korban yang rata-rata generasi muda itu demi menyalurkan hobbi, kekesalan dan kesepiannya ke minuman keras telah bertindak kreatif tapi riskan dengan mencampur anggur atau bir dengan autan, lotion atau bahan kimia lainnya yang berbahaya. Kalau sudah begini, ya, kita tinggal menunggu banyaknya generasi yang akan bergelimpangan memasuki masa invalid, tak produktif alias hanya merusak saja. Rasa ketagihan mereka pada alkohol sudah sama persis dengan perilaku suku Onge yang nyaris punah di kepulauan Andaman itu, meminum apapun yang bisa memberi effek mabuk sehingga bahan kimia yang terdampar di pantai pun ditenggak. Keadaan dan kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan.

Sebenarnya apa yang terjadi di tanah air terkait dengan minuman keras sedikit banyak disebabkan oleh unsur asing yang tidak rela melihat generasi muda, dus bangsa ini kuat, bermoral dan produktif, tapi lemah dan kemudian hancur, baik langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja. Mereka yang meraup uang dari bisnis minuman keras akan berkilah bahwa mereka hanya mengikuti hukum pasar yang berdasar pada suplai dan demand. Anasir asing yang seperti mau menghancurkan generasi muda akan cuci tangan dengan lihai, sehingga kesalahan luput dari mereka. Hanya tinggal mengharap ketegasan sikap pemerintah untuk segera mengundangkan UU Miras yang salalu tertunda dengan alasan yang tidak jelas. Miras secara sosial dan mental individual jelas-jelas telah merusak apalagi ditinjau dari kacamata agama, seperti yang tercantum dalam Al-Baqarah ayat 219 : Mereka menanyakan kepadamu tentang khamar ( minuman keras ) dan judi. Katakanlah, “ Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa mamfaat bagi manusia, sedang dosa keduanya lebih besar daripada mamfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah,” Kelebihan dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-Nya kepada kamu supaya kamu berpikir.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar