Senin, 13 Oktober 2014

ISLAM, BISNIS DAN INOVASI

Yusuf Qardhawi pernah bercerita tentang kaum yang dianggapsebagai penghambat kemajuan, kejayaan dan kekayaan kaum muslimin. Repotnya bagi mereka kemiskinan malah dianggap sebagai rahmat Allah. Mereka berkata,” Bila kamu melihat seorang papa datang kepadamu, katakanlah kepadanya, ‘ selamat datang wahai lambang orang yang saleh,’ Dan bila datang kepadmu orang yang kaya, katakanlah kepadanya,’ Wahai, engkaulah dosa yang akan segera dihukum!’

Adalah lagi yang digolongkan sebagai kaum jumud oleh Qardhawi, ialah yang jiustru memandang bahwa kemiskinan adalah merupakan kehendak Allah. Kepada mereka yang miskin dan fakir mereka biasanya berkata,” kemiskinan adalah bagian dari Allah untuk kalian, maka terimalah dengan rela, jangan menuntut lebih dari itu dan jangan pula mencoba mengubah ketentuan itu!’ Masya Allah, ini adalah sifap fatalis yang kelewat, hingga begitu saja membunuh manusia dihadapan Tuhannya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta maha Adil dan Bijaksana.

Sejatinya Islam memandang kekayaan adalah nikmat dan anugrah Allah SWT yang harus disyukuri. Islam melihat kemiskinan sebagai masalah atau musibah yang harus dikikis atau dikurangi dengan cara-cara yang diridhoi Allah. “ Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberi kecukupan “ ( adh Dhuha ayat 8). Nyatalah bahwa Allah telah memuliakan Rasulullah dengan materi yang cukup. Rasul adalah seorang pegawai, pedagang dan investor. Dulu bekerja sebagai pekerja Khadijah, kemudian berdagang, dan lalu menjadi investor. Beliau pernah bersabda, “ Alangkah nikmatnya harta yang baik bagi orang yang saleh.” ( hadis riwayat Ahmad dan at Thabarani )

Bahkan rasul menganggap kemiskinan sebagai ancaman pada akidah, iman dan akhlak serta masyarakat. Beliau berkata, “Kemiskinan dapat mengakibatkan kekafiran.” Bahkan beliau acapkali berdoa, “ Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kemiskinan. Hanya saja sebagai muslim, jika kita disuruh memilih satu diantara tiga kalimat, : menjadi seorang kaya yang bersyukur. Menjadi seorang miskin yang bersabar atau menjadi seorang bertaqwa, maka tentu kalimat yang terakhirlah yang harus lebih diutamakan, karena itu adalah dasar atau fundamen setiap amal ibadah dan kebajikan muslim. Tanpanya, dua hal sebelumnya tak ada artinya.

Fakta mengatakan bahwa di jaman Nabi, para sahabat banyak yang kaya raya bahkan tergolong konglomerat. Usman bin Affan masih mempunyai saham di Bank pemerintah Saudi hingga kini, beliau memiliki property dari Aris sampai Khaibar. Umar bin Khattab memiliki kurang lebih 70 ribu property atau ladang pertanian di masanya dengan nilai jika dihitung dengan kurs sekarang mencapai 11 triliun. Amru bin Ash pernah memiliki uang sebanyak 350 dinar, Zubair bin Awwam punya 50 ribu dinar, 1000 kuda dan seribu budak, bandingkan dengan Prabowo Subianto yang hanya punya 80 an kuda.

Yang paling kaya dari semua yang kaya adalah Abdurrahman bin Auf. Kiat sukses beliau adalah sederhana, jika datang kesebuah kota maka yang pertama dikatakan adalah, “ tunjukkan saya di mana pasar….” Beliau bisa mengalahkan para konglomerat Yahudi di Madinah bukan dengan stategi ‘cash flow’ sebagaimana yang dipraktekkan para pedagang Yahudi tapi sebuah inovasi dijamannya dengan membeli lahan untuk diberikan kepada pedagang muslim berjualan, sambil menunggu kenaikan harga tanah atau property. Pokoknya beliau telah mempraktekkan semua kiat bisnis yang sekarang banyak dianut, misalnya dengan member nilai tambah ( value added ) atau melakukan leverage dengan memperluas distribusi dan konsumen.

Abdurrahman juga menjual apa yang dijual oleh banyak pedagang Madinah, beliau sadar betul bahwa sebuah existing market atau bleeding market adalah penting dan tempat untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi. Sambil terus mencari pasar potensial dan sleeping market. Di jaman sekarang ini kita lihat orang memasuki eksisting atau bleeding market dengan sikap seorang pedagang, bukan dengan sikap seorang pebisnis. Seorang pedagang hanya jualan produk tertentu di tokoknya, tapi seorang pebisnis, terus melakukan inovasi, mencari nilai tambah dan melakukan leverage. Seorang pengusaha sukses yang masih belia, Arif Yasir Rahman dalam ceramahnya mengatakan behwa outlet-outlet baksonya yang sekarang merambah dibanyak kota di Indonesia tidak melakukan revolusi rasa dan racikan atau resep, harganyapun standard, sama saja dengan harga bakso terkenal lainnya. Pemuda kurus itu hanya melakukan inovasi pada segi tempat, ia membuat penggila bakso bisa menikmati baksonya ditempat yang nyaman, bersih dan full AC. Jadi orang yang biasa jajan bakso di dekat pasar depok yang agak kumuh, panas dan crowded, tentu akan ramai-ramai ke tempatnya karena harganya juga sama atau tak jaug beda. Kiat-kiat bisnis cemerlang dan sederhana itu juga dilakukan oleh Kebab Turki dengan bootnya yang unik, padahal rasanya sama saja dengan kebab-kebab Arab yang lainnya. Apa bedanya rasa Aqua dengan airminum yang dimasak dirumah, ya tidak ada, hanya kemasan dan kesan besih dan murnilahlah yang membuat Aqua laku keras, bahkan menjadi Top of Mind diantara produk sejenis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar